Mohon tunggu...
Gubuk Literasi SMAIS
Gubuk Literasi SMAIS Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas Literasi SMA Islam Sabilillah Malang

Kumpulan siswa-siswi melek baca-tulis di SMA Islam Sabilillah Malang Boarding School Sistem Pesantren. Berdiri sejak 1 Agustus 2018 dan telah meretaskan 80 buku solo maupun antologi ber-ISBN.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

In The End of A Day

7 Mei 2024   08:54 Diperbarui: 7 Mei 2024   08:58 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Aku tidak pernah menanyakan apa masalah yang ia miliki di rumahnya, tapi yang pasti itu bukan suatu hal yang ingin ia katakan kepadaku yang hanya sekedar teman angkatan. Dia menatap segelas coklat panas yang ada di tangannya setelah ia duduk di salah satu sofa yanga ada dalam apartementku.

Ruangan itu dipenuhi dengan suasana yang lengang. Membuatku berusaha untuk mendapatkan sebuah topik pembicaraan yang setidaknya dapat membangkitkan suasana di ruangan ini.

"Besok kau datang ke kampus?" aku bertanya dengan intonasi sehalus mungkin.

"Sepertinya." Ia menjawab pelan, sembari menyeruput secangkir coklat hangat yang ada di tangannya.

 Dan yah.. begitulah akhir dari percakapan kami hingga fajar datang, aku mengizinkannya untuk menginap semalam di sini, entah apa yang membuatku terdorong untuk melakukan hal seperti itu.

 Paginya sudah kulihat sofa yang ia tiduri semalam sudah kosong melompong, seperti dugaanku, dia juga meninggalkan memo 'Terimakasih' di atas meja ruang tamu, aku hanya dapat menghela nafas pelan sebelum beranjak bersiap menuju kampus. Kelas penting akan kuhadiri setelah ini.

 Sesampainya di kampus aku dapat melihat beberapa selebaran koran yang ditempel di mading dekat dengan jalur perbatasan antara kampus. "Seorang mahasiswa ditemukan terbunuh di sekitar perumahan yang ditinggali, berinisial W. Ditemukan bekas luka disekujur tubuhnya serta luka tusukan yang dapat dilihat dari luar, kemungkinan korban terbunuh adalah karena hal tersebut."

 Aku termenung menatap papan mading besar yang ada di hadapanku, termangu. Tak dapat sama sekali berkata-kata. Apakah hal semalam hanyalah sebuah ilusi? Mimpi? Mimpi buruk? Tidak...itu nyata, aku tahu. Tapi pikiranku tidak dapat memprosesnya dengan baik. Aku seperti terlempar ke jurang yang berkali-kali lipat lebih dalam dari yang pernah kubayangkan. Sepertinya untuk beberapa saat ini aku tidak dapat melanjutkan kuliahku, menunda skripsi..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun