Seusainya aku menangis sejadi-jadinya sembari mulai melangkah pergi menjauh dari laki-laki bernama Abimana yang mengisi hampir seluruh hari-hariku sejak pindah ke kota besar. Malam ini aku menangisi tiga hal.
Abimana.
Perasaanku yang tak punya tempat untuk bermuara.
Salahnya dugaanku akan kemana arah kisah yang sudah lama kubayangkan didalam kepala.
Aku bertanya-tanya tentang apa yang salah sampai-sampai lelaki itu berkata bahwa ia tak pantas untuk aku cintai. Aku bertanya-tanya dalam tidurku, semua kegiatan yang kulakukan untuk mengalihkan pikiran meskipun itu percuma. Aku belum menemukan jawaban yang pasti untuk itu hingga dua tahun telah berlalu.
Perasaan itu masih ada namun tak berkembang dengan semestinya. Menatap di relung hatiku dan membuatku membenci seluruh hal yang berkaitan dengan pemilik nama Abimana itu. Aku ingin menganggap bahwa ia tak pernah ada dan nyata dalam kisah hidupku karena perasaan kecewa yang kuperoleh saat menyatakan rasa.
Abimana adalah rasa pertama yang kujelajahi dalam kata cinta. Ia juga menjadi patah hati pertama yang baru bisa kuobati rasa sakitnya ketika medapati sosoknya berdiri tak jauh dariku dengan kedua mata yang terfokuskan pada sebuah buku yang hendak dibelinya.
Ia terlihat begitu mudah untuk diraih ketika aku melihatnya sekilas tapi sayangnya aku belum berhasil melihat hal-hal yang tak seharusnya lepas dari tempatnya.
Pertemanan dan cinta. Itu dua hal yang berbeda namun aku meleburkan semuanya menjadi satu, memaksakan hal yang tak seharusnya kupaksa. Abimana ingin menyimpanku sebagai teman terbaiknya yang berjuang untuk melawan kerasnya hidup di kota besar namun aku ingin menyimpannya sebagai seorang kekasih. Sejak awal kami sudah berbeda arah. Abimana tak ingin memaksakan perasaannya denganku hanya semata-mata menjaga perasaan dan nama pertemanan kami sebab hal itu bisa membuat kami berdua jatuh semakin jauh pada jurang yang curam.
Hari dimana aku melihat Abimana di toko buku hari itu adalah pertama kalinya hatiku merasa lega.
Aku melepaskan rasa yang membebani pundakku selama dua tahun terakhir hari ini dengan kenyataan bahwa aku pernah kalah bertaruh karena keangkuhan cinta yang kumiliki untuk Abimana.