Mohon tunggu...
Gubuk Literasi SMAIS
Gubuk Literasi SMAIS Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas Literasi SMA Islam Sabilillah Malang

Kumpulan siswa-siswi melek baca-tulis di SMA Islam Sabilillah Malang Boarding School Sistem Pesantren. Berdiri sejak 1 Agustus 2018 dan telah meretaskan 80 buku solo maupun antologi ber-ISBN.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Satu Kata yang Tak Bisa Disampaikan

24 April 2024   09:37 Diperbarui: 24 April 2024   09:40 47
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Penulis: Resky Athaya Putri Mapawa

Kelas: XI 2A

--------------------

Mentari sudah redup dan tidak lagi memantulkan hangatnya yang menyiksa, namun cahayanya masih tetap menyinari kehidupan. Saat itu dikala sore aku duduk menunggu, menunggu entah siapa yang akan datang. Aku sudah pasrah entahlah mungkin saja aku mati hari ini. Sudah sejak kapan seperti ini aku pun tak tahu. Tapi aku ingat kata orang itu, kalau aku berusaha sabar dan menerima mungkin saja akan datang keajaiban, mungkin. Hanya saja tidak terlihat cahaya bantuan itu, atau mungkin cahaya itu telah ditelan sang atmosfer sehingga cahaya itu meredup seiring berjalannya waktu. Kini aku sendiri bingung apa yang kutunggu bahkan hingga sang perenggut nyawa datang memaparkan wujudnya apakah aku masih tetap berharap cahaya itu akan datang.

Aku tidak ingat kapan pasti cahaya itu menemuiku, sudah sangat lama. Aku pun tak ingat wujudnya, bahkan aku tidak tahu apa ia makhluk kasat atau tidak. Entahlah tapi kejadian itu masih teringat, andai saja sang cahaya datang kembali aku akan mengucapkan satu kata itu. Mungkin bukan hal yang besar untuk kulakukan sebagai balas budiku, namun aku tahu itu hal kecil yang bermakna bagaimanapun itu. Andai saja aku dapat mengulang waktu dikala itu, aku berharap tidak akan membiarkan sang cahaya pergi begitu saja. Miris sekali saat itu, aku bahkan malu untuk mengingatnya. Aku terdiam tanpa mengucapkan satu katu itu. Mau bagaimanapun juga itu sudah terlambat bukan. Terlambat yang harus disesali bagaimanapun itu.

Aku berandai andai saja aku menahan sang cahaya saat itu mungkin ia tidak akan pergi. Pergi ketempat yang tidak bisa digapai lagi. Tidak kasat mata kepada siapa saja yang belum pernah merasakannya. Rasa sakit itu, entah kapan ku bisa menyusulnya untuk mengucapkan satu kata itu. Andai saat itu aku menahanmu mungkin semuanya tidak akan terjadi. Andai saat itu kau tidak langsung pergi dan meninggalkan ku selamanya didepan mataku yang sudah berlumuran air, aku pasti masih sempat mengucapkan satu kata itu. Satu kata terakhirku untukmu sang cahaya "Terimakasih"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun