Penulis: M. Faiz Wardhana
Kelas: XII MIPA 1B
Timbal balik dari kebaikan, yang biasa disebut pahala, merupakan salah satu tujuan mengapa seseorang berbuat baik. Tidak ada satupun orang yang tahu berapa nilai dari sebuah pahala tersebut, sehingga setiap orang berlomba-lomba berbuat kebaikan. Khususnya di bulan Ramadhan ini yang notabene setiap kebaikan yang dilakukan seseorang, pahalanya akan dilipatgandakan, dengan syarat, orang tersebut harus Ikhlas dengan apa yang dilakukannya.
Keikhlasan seseorang biasanya dihitung dari seberapa besar dia berusaha tidak meminta timbal balik apapun dari apa yang dilakukannya. Namun, muncul masalah di sini. Jika Ikhlas adalah tidak mengharapkan balasan apapun, maka bagaimana nasib kebaikan yang dilakukan karena mengharapkan pahala?
Hakikat keikhlasan di sini ialah, benar-benar, sungguh, tidak mengharap balasan apapun, karena Tuhan pasti membalasnya, dengan kehendak-Nya, dan dengan cara-Nya sendiri yang manusia tidak akan pernah ketahui. Setiap kebaikan, entah itu bernilai Ikhlas atau tidak, tetap memperoleh balasanya masing-masing dan adanya keikhlasan di dalamnya membuat nilai kebaikan tersebut bertambah.
Sulit. Sulit sekali. Tidak semua orang bisa Ikhlas dan menerima apa yang terjadi dengan mudah dan lapang. Banyak orang mencoba Ikhlas dengan cara melupakan, tapi hal itu malah membuat orang tersebut semakin sulit melupakannya. Cara terbaik adalah terus melangkah maju dan melakukan sesuatu. Dengan begitu, kenangan tentang kebaikan yang kita lakukan akan terlupa dengan sendirinya, seiring berjalannya waktu. Kuncinya, lakukan dengan senang hati, kemudian lupakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H