Semua alat medis itu begitu menyeramkan, seperti algojo yang siap mengeksekusi sang pesakitan. Yah setiap orang punya fase masing-masingnya, ada orang yang tepat datang pada waktu yang salah namun ada orang yang salah datang diwaktu yang tepat...mba..jangan ambil kebahagiaan saya...biarkan dia menjadi bagian dari fase akhir hidup saya mba...
Berjalan sendiri menyusuri ruang demi ruang di gedung ini mengingatkan aku akan hadirmu, kamu yang dulu mengenggam eratku tanpa ingin melepaskan sedetikpun, kamu yang memberi kebahagiaan menjadi wanita,, saat ini aku tau kamu menjalani fase lain dari kehidupanmu, aku kuat dan aku ikhlas. Disini aku akan menjalani faseku..meski sendiri..
++ ndi, aku akan selalu ada bersamu, menemanimu, aku hanya pergi sebentar ndi, aku janji, hanya mengantarkan dia pulang,,++
++aku akan selalu menomor satukan kamu ndi, kamu yang terbaik selama ini untukku gi..++
Sms demi sms yang kau kirim cukup mengobati luka hati, namun aku tau bagaimana kamu dan karaktermu. Sudahlah.. jalani saja fasemu...
“ibu cindy, kita cek darah dl ya bu” perawat ini begitu ramah, membuyarkan semua lamunku tentangmu ki. Sakit, tapi ini harus berjalan terus.
“udah ibu, kita bisa kembali ke ruang rawatan, ibu harus istirahat, untuk persiapan operasi besok pagi”
“trimakasi suster”
Ki...akhirnya pilihan terakhir itu aku jalani, meski aku tau kemungkinannya sangat kecil, tapi aku yakin, semua yang tidak mungkin bisa mejadi mungkin jika DIA menghendaki. Terlintas tanya dalam ruang fikirku, sedang apa kamu ki? Bermesraan dengannya?
Ribuan kilometer darimu ada wanita naif yang menginginkan genggaman dan pelukanmu ki...wanita naif yang selalu menangis ketika rindunya terhalang oleh wanita yang dia panggil “mba”.
Malam ini terasa panjang dengan air mata yang mengalir,Hatiku terasa kelu dengan derita yang mendera, Hanya dengan rasa rinduku padamu, kupertahankan hidup....
Aku matikan rasa sedih dan rinduku ki...agar aku tidak benar-benar kehilanganmu, aku pendam rasa rindu yang teramat menusuk ini, aku belajar membiarkan kamu berbagi dengannya ki, agar aku tetap bisa bersamamu seperti janjimu, janji kita.. selamat malam ki....
Pagi ini terasa amat menyeramkan, aku pasrahkan semua...dan sms darimu pun tak kunjung datang, meski hanya sebuah kata...
“ibu,sudah siap?”
‘ya suster saya siap.....”
Degup jantung ini terasa semakin tak karuan, masi bisakah aku menemuimu lagi ki? Adakah takdir untukku kembali merasakan genggaman dan pelukan itu..?
Ruangan ini terasa dingiinn sekali, seperti berada dalam peti es, perlahan-lahan cairan yang disuntikan itu membuat ku terlelap, hilang, dan terganti akan bayanganmu...
Ki...kini aku telah terbangun dari lelapku...apa kabar kamu? Masihkah ada aku? Adakah kamu mengingatku? Seperti yang kamu janjikan,,? Aku sehat ki, sangat sehat, aku bisa melihatmu dari sini, melihat kamu bahagia bersamanya..melihat tawa riangmu bersamanya..
dan aku....hanya kisah yang tak terselesaikan ki.....
“kadang kamu harus belajar untuk berdiri sendiri, karena bagi sebagian orang yang berjanji untuk selalu ada untukmu akhirnya juga PERGI....”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H