[caption id="attachment_336517" align="aligncenter" width="354" caption="Batu Jasper"][/caption]
Tujuan penulis menuliskan tentang tempat ini sebenarnya hanya ingin berbagi pengalaman selain juga memperkenalkan sebuah tempat yang indah yang dapat ditemukan di Jawa Barat. Mungkin beberapa informasi yang penulis sampaikan sudah kadaluarsa, seperti kondisi jalan menuju tempat tersebut. Namun sekali lagi penulis hanya ingin menuliskan pengalaman penulis ketika mengunjungi tempat tersebut.
Taman Jasper terletak di Kampung Pasirgintung, Desa Cibuniasih, Kec. Pancatengah, Tasikmalaya. Penulis mengetahui tentang tempat ini setelah membaca sebuah artikel yang diterbitkan oleh harian Kompas. Tulisan tersebut menimbulkan keinginan dalam diri penulis untuk mengunjungi tempat itu.
Bersama-sama beberapa teman, penulis pun memulai perjalanan dari Bandung. Kami berangkat sekitar jam setengah enam pagi. Dalam perjalanan, kami memutuskan untuk mampir ke sebuah desa yang disebut Desa Manojaya yang terletak di perbatasan antara Tasikmalaya dan Ciamis. Kami ingin melihat jembatan Cirahong. Jembatan ini adalah jembatan peninggalan Belanda dengan bentuk yang unik. Bagian kiri dan kanan jembatan ini terbuat dari besi-besi yang sangat kokoh. Di atas jembatan ini terdapat rel kereta api yang menghubungkan Bandung dan Surabaya dan sampai saat ini masih digunakan.
[caption id="attachment_336492" align="aligncenter" width="354" caption="Jembatan Cirahong"]
![1400235518488220156](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1400235518488220156.jpg?t=o&v=770)
[caption id="attachment_336494" align="aligncenter" width="515" caption="Keunikan Jembatan Cirahong"]
![1400236143573012058](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1400236143573012058.jpg?t=o&v=770)
Setelah puas menjadikan jembatan Cirahong sebagai objek foto, kami pun melanjutkan perjalanan ke Taman Jasper. Jalan yang kami lalui pun mulai tidak mulus lagi. Kami pun harus menghabiskan waktu berjam-jam di jalan berbatu, ditambah lagi kami masih buta dengan kawasan tersebut. Beberapa kali kami berhenti untuk bertanya kepada penduduk sekitar dan tak satu pun yang tahu di mana letak Taman Jasper. Kami harus bertanya beberapa kali untuk mencari belokan yang harus kami ambil. Akhirnya seorang penduduk yang kami tanyai memberitahukan arah yang tepat setelah kami menyebutkan taman yang memiliki bebatuan berwarna merah. Jalan yang harus kami lalui pada saat itu benar-benar seperti sungai kering. Sebenarnya, pada saat itu ada bagian jalan yang sedang dalam proses perbaikan, tetapi kami belum bisa melewatinya, jadi harus mencari jalan alternatif yang juga amat sangat jelek.
Akhirnya setelah jam tiga sore, sampailah kami ke sebuah desa. Mobil
pun kami parkir dan kami harus bejalan untuk mencapai sungai Cimedang.
Perjalanan menuju sungai tersebut terasa jauh, apalagi setelah harus
duduk lama di dalam mobil dengan keadaan jalan yang amat sangat buruk. Mengingat kami tidak begitu pasti harus berjalan ke arah mana, kami pun bertanya kepada penduduk di sana dan mereka menyarankan agar kami memotong jalan dan mengikuti saja kabel listrik yang menghubungkan rumah-rumah yang ada di desa tersebut. Kami pun mengikuti nasihatnya. Sampailah kami ke sebuah rumah, tetapi kami mulai bingung harus ke arah mana lagi karena tidak ada orang di situ, tetapi kami mendengar ada suara-suara orang di kejauhan. Seharusnya kami berbelok ke kiri mengikuti suara-suara tersebut, tetapi kami memutuskan utuk berjalan ke arah kanan. Akhirnya sampailah kami ke sungai Cimedang tersebut. Namun di mana batu-batu merah seperti yang ada di dalam foto yang diterbitkan oleh Kompas tersebut berada?
Dinginnya air membuat kami lupa untuk mencari batu-batu merah yang ada di sana. Setelah melepas lelah di tepi sungai dan berjalan menyusuri sungai. Beberapa teman memutuskan untuk kembali ke mobil, sementara penulis dan seorang teman berjalan menyeberangi sungai dan menyusuri sungai tersebut. Suara-suara yang tadi kami dengar semakin dekat, dan kami melihat sekelompok orang sedang berkerumun. Ternyata mereka adalah mahasisa geologi dari UNPAD yang sedang melakukan studi bebatuan di situ. Kami pun berjalan mendekat dan betapa takjub kami melihat bongkahan-bongkahan batu besar berwarna merah. Indah sekali. Kami pun mulai berjalan lebih jauh dan melihat sungai yang pada saat itu airnya berwana hijau tersebut penuh dengan betuan berwarna merah, bahkan ada yang kekuningan. Indah sekali, seperti berada di planet lain. Ternyata ini yang disebut batu jasper yang setelah diasah akan menjadi perhiasan yang harganya tidak murah.
Setelah puas menikmati keindahan sungai tersebut, penulis pun memutuskan untuk kembali ke tempat parkir. Karena sudah lelah akhirnya kami memutuskan untuk naik ojeg. Dalam perjalanan menuju tempat parkir mobil, penulis sempat berbincang dengan tukang ojeg tersebut. Ternyata banyak penduduk di situ yang baru mengetahui apa keistimewaan batu merah itu. Dia juga mengatakan bahwa beberapa tahun yang lalu ada perusahaan Jepang yang menambang batu-batu tersebut dan mereka bekerja membantu tanpa mengetahui bahwa batu merah itu sangat berharga. Menurutnya pemerintah daerah sudah menghentikan penambangan tersebut.
Mudah-mudahan kekayaan alam yang ada di Tasikmalaya ini bisa kita lindungi bersama. Kawasan tersebut sangat unik karena belum tentu kita dapat menemukan batu-batu merah seperti itu di daerah-daerah lain. Untuk itu pemerintah harus dapat menjaga agar pengusaha-pengusaha baik dari dalam maupun luar negeri yang tidak bertanggungjawab tidak mengekspoitasi kekayaan alam yang kita miliki.