Mohon tunggu...
G Tersiandini
G Tersiandini Mohon Tunggu... Lainnya - Mantan guru di sekolah internasional

Mantan guru, penikmat kuliner dan senang bepergian.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Sehari Melihat-lihat Kota Luang Prabang

26 Juli 2016   13:24 Diperbarui: 26 Juli 2016   13:37 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tanpa kami sadari, kami sudah memasuki hari ketiga di Luang Prabang. Hari ketiga ini kami gunakan untuk lebih bersantai dan melihat-lihat kota Luang Prabang. Pagi itu gerimis turun (gerimisnya kecil-kecil sekali), sehingga cuacanya lebih 'adem' dan cocok untuk berjalan-jalan. Kami pun mulai berjalan menyusuri sungai Nakham menuju sebuah 'vat' yang katanya paling tua dan paling terkenal yaitu Vat Xieng Tong.

Di sepanjang jalan berjejer rumah-rumah dengan gaya kolonial, kecil tetapi cantik untuk dilihat. Rumah-rumah itu banyak yang dijadikan penginapan, restoran atau cafe. Suasananya tenang sekali. Hanya satu atau dua mobil dan motor yang melewati jalan tersebut. Banyak wisatawan 'bule' yang mengendarai sepeda, karena di sana banyak sekali tempat penyewaan sepeda. Jalanannya menanjak dan menurun, jadi pasti sangat menantang.

Cukup jauh kami berjalan dan hujan pun turun agak deras (derasnya hujan di Indo China). Kami berhenti sejenak di sebuah taman dan di situ terdapat sebuah restoran yang pemandangannya mengarah ke sungai. Lokasi itu adalah pertemuan antara sungai Mekong dan Namkhan. Aneh, kenapa ya air sungai Mekong berwarna lebih kemerahan dibanding sungai Namkhan? Sampai saat ini saya belum menemukan jawabannya.

Setelah hujan agak reda, kami melanjutkan perjalanan menuju 'vat'. Sesampai di 'vat' sudah ada beberapa pengunjung dari berbagai negara. Kami sudah siap dengan kain dan baju lengan panjang, sehingga kami tidak perlu menyewa lagi. Setelah membayar 20000 kip per orang, kami lalu memasuki kompleks 'vat'. 

Dekorasi di dalam 'vat' sangat menarik. Berwarna merah dan coklat (kayu). Di dinding 'vat' terdapat motif-motif yang menarik. Di bagian depan kompleks itu kami melihat seorang laki-laki sedang membuat lilin berbentuk bunga. Wah hebat sekali dia, bisa membuat lilin sebegitu cepat. Di sebelahnya dipajang  sebuah perahu yang panjang sekali. Di bagian belakang terdapat asrama para biksu. Saya melihat ada seorang biksu sedang membaca dan seorang lagi sedang rebahan di bangku. 

Wat Xie Tong
Wat Xie Tong
Bagian dalam Wat
Bagian dalam Wat
Dekorasi di dinding yang unik
Dekorasi di dinding yang unik
Perahu panjang
Perahu panjang
Membuat lilin
Membuat lilin
Setelah berkeliling 'vat' kami kemudian berjalan menyusuri sungai Mekong lalu berbelok ke jalan-jalan kecil dimana banyak sekali berdiri penginapan. Kami juga memasuki beberapa 'vat' yang ada di sepanjang jalan utama. Kami juga berjalan di gang-gang kecil, sehingga kami bisa melihat seperti apa rumah penduduk di situ (yang tidak dijadikan penginapan). Setelah melalui gang-gang kecil sampailah kami di jalan utama dan dekat dengan pintu masuk 'museum palace'. Kami lalu memutuskan untuk masuk ke museum tersebut.

Palace Museum
Palace Museum
Jalan masuk menuju Palace Museum
Jalan masuk menuju Palace Museum
Para Biksu di halaman luar Museum
Para Biksu di halaman luar Museum
Dulunya museum tersebut adalah sebuah istana raja. Kompleks museum ini luas. Untuk masuk ke museum, pengunjung harus membayar 20000 kip per orang. Pengunjung tidak diperbolehkan membawa tas, kamera, harus melepas sepatu, memakai baju berlengan dan untuk perempuan lutut tidak boleh kelihatan.  Di museum tersebut dipamerkan barang-barang milik raja-raja Laos, foto-foto, kamar-kamar tidur, dll. Udara di dalam museum itu sangat panas, sehigga saya tidak mau berlama-lama di istana itu.

Dari istana kami kemudian berjalan-jalan di sepanjang jalan utama untuk mencari restoran karena perut kami sudah minta untuk diisi. Kami menuju sebuah restoran bernama 'Coconut Garden'. Review tentang restoran ini baik, jadi kami ingin juga mencoba apakah benar makanan di tempat ini enak. Malam sebelumnya kami melihat restoran ini ramai dipenuhi pengunjung. Saat kami tiba di sana restoran ini masih sepi, jadi kami bisa leluasa memilih tempat duduk. Kami memesan makanan Lao, salah satunya 'river weed' atau rumput sungai dan juga makanan Eropa. Kami belum pernah mencoba rumput sungai jadi kami harus mencobanya, dan ternyata enak. Kami sangat menyukainya sampai-sampai keesokan harinya kami membeli lagi untuk kami bawa sebagai 'snack' saat harus menunggu pesawat. Makanan di restoran tersebut sangat enak, tidak heran jika 'review' terhadap restoran ini baik.

Dari sana kami berjalan menuju 'day market'. Di sana kami membeli beberapa cendera mata khas Lao. Lelah berjalan, kami lalu memutuskan untuk pulang ke hotel dan beristirahat sejenak untuk kemudian pergi lagi pada malam hari untuk makan malam dan mengunjungi 'night market'. 

Sore hari kami pergi lagi menuju 'night market'. Banyak sekali barang yang ditawarkan. Ada kaus, dompet, kap lampu, tas, kain tenun, dan banyak lagi. Di situ calon pembeli harus berani menawar. Banyak yang tidak bisa berbahasa Inggris, jadi bahasa tarzan menjadi bahasa internasional.  Malam itu kami mencoba mie Lao di kedai tradisional. Selama di sana 99 persen makanan yang kami pesan enak. Hanya ada satu yang tidak pas karena dagingnya keras, tetapi rasanya enak. Malam itu kami sengaja berjalan-jalan hingga larut karena hari itu adalah malam terakhir kami di Luang Prabang.

Saat sedang bejalan di sepanjang jalan utama, tiba-tiba seorang laki-laki India bertanya apakah kami dari Malaysia. Saat kami katakan bahwa kami dari Indonesia, dia langsung berbahasa Indonesia. Fasih sekali. Dia mengatakan bahwa dia lahir di Jakarta dan dia bangga lahir di Indonesia. Dia merasa dirinya sebagai orang Indonesia, walaupun sekarang dia tinggal di India dan memegang passport India. Dia sudah meninggalkan Indonesia sejak dia berusia 12 tahun (mungkin sekarang usianya sekitar 35-an lebih), namun bahasa Indonesia-nya masih fasih dan bagus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun