Pada saat libur nasional di bulan Mei, seorang teman mengajak saya mengunjungi tiga pulau (yaitu Pulau Cipir, Kelor dan Onrust ) di Kepualaun Seribu.
Pada jam 6 pagi saya mulai perjalanan dengan mengendarai bus transjakarta menuju halte Kampung Melayu. Di sana teman yang juga seorang “trip orgraniser” sudah menunggu saya di atas motornya. Dengan mengendarai motor, kami melanjutkan perjalanan menuju pelabuhan Muara Kamal. Ini adalah pengalaman pertama saya mengendarai sepeda motor di Jakarta. Sekitar jam 8 pagi, kami tiba di Muara Kamal. Ternyata belum semua peserta perjalanan ini yang datang, sehingga kami harus menunggu mereka. Ketika semua sudah terkumpul, kami kemudian mengawali perjalanan menuju Pulau Kelor dengan mengendarai perahu nelayan.
Selama perjalanan menuju Pulau Kelor, kami melihat banyak sekali keramba. Kami juga melihat burung-burung camar yang terbang di langit maupun hinggap di keramba-keramba tersebut. Indah sekali.
Sekitar satu jam kemudian, dari kejauhan kami melihat bangunan peninggalan Belanda. Pemandangannya indah dan unik, karena bangunan itu sangat menonjol. Perahu kami pun merapat di dermaga dan kami satu per satu turun dari perahu menuju pantai. Ternyata bangunan tersebut merupakan sisa sebuah benteng yang dibangun pada zaman VOC dan dikenal dengan nama benteng Martelo.
Benteng ini terbuat dari baru bata merah dan bentuknya melingkar. Beberapa bagian sudah rapuh, sehingga ketika para pengunjung mencoba untuk menaiki tangga dan berdiri di bagian tertentu benteng, petugas yang berada di sana mengingatkan agar kami segera turun. Tentu saja hal ini perlu dilakukan agar benteng tidak cepat rusak dan runtuh karena memang usianya sudah sangat tua.
Pulau ini sangat kecil karena kita bisa dengan mudah mengelilingi pulau ini dalam waktu sekejap. Namun, yang menarik memang benteng Martelo ini. Di pantai di dekat benteng, dapat kita temukan reruntuhan benteng. Namun hal ini justru membuat pantai ini terlihat unik. Pada saat itu pengunjung cukup banyak, dan mereka sibuk berfoto-foto, dengan latar belakang benteng maupun reruntuhan benteng yang berada di pantai.
Kami berada di pulau tersebut selama satu jam. Setelah puas mengitari benteng dan berjalan-jalan di tepi pantai, kami kemudian kembali ke perahu untuk meneruskan perjalanan menuju pulau berikutnya, Pulau Cipir.Jarak antara Pulau Kelor dan Cipir sangat dekat. Mungkin setelah sepuluh menit berlayar, kami pun tiba di pulau Cipir. Pulau ini juga tidak begitu luas, namun masih lebih luas daripada pulau Kelor.
Rombongan kami turun dari perahu dan mulai berjalan-jalan di pulau Cipir. Ternyata di pulau ini terdapat sisa-sisa bangunan tua yang dulunya merupakan rumah sakit. Kami pun berjalan di sepanjang pantai. Ternyata ada beberapa kelompok remaja yang berkemah di situ. Beberapa remaja terlihat sedang membersihkan ikan hasil pancingan mereka. Wajah-wajah mereka terlihat sangat gembira. Di kejauhan kami lihat beberapa pekerja sedang membawa batu-batu besar dan menumpuknya di tengah laut. Kami pun penasaran dan menuju tempat tersebut. Rupanya pada zaman dulu terdapat jembatan yang menghubungkan Pulau Cipir dengan Pulau Onrust. Menurut para pekerja yang ada di sana, saat air surut, sisa-sisa reruntuhan jembatan dapat kita lihat dengan jelas. Pada saat kami di sana, kami dapat melihat batu-batu yang menyembul diterpa ombak.
Setelah beberapa saat di Pulau Cipir, kami melanjutkan perjalanan dengan perahu menuju Pulau Onrust. Di pulau ini banyak ditumbuhi pepohonan rindang, sehingga kita terlindung dari sengatan matahari. Saat tiba di Pulau Onrust, hari sudah siang dan saatnya makan siang. Kami memilih tempat di dekat sebuah warung dan makan makanan yang sudah disediakan oleh “trip leader” kami. Kami juga memesan kelapa muda. Nikmat sekali rasanya.
Lihat Vox Pop Selengkapnya