Setelah menunda-nunda keberangkatan ke Belitung beberapa kali, akhirnya saat liburan di bulan Oktober 2017 saya jadi juga berangkat ke Belitung. Awalnya saya mau ikut tour yang diiklankan di media sosial, namun kebanyakan menyatakan sebaiknya pergi paling sedikit berdua karena akan lebih murah. Mengingat teman-teman yang saya ajak tidak bisa mengambil cuti atau mereka sudah pernah ke sana, akhirnya saya memutuskan untuk pergi sendiri. Â
Saya pun memilih hotel yang ada di dekat pusat kota, karena berdasarkan ulasan yang saya baca, hotel tersebut dekat dengan beberapa tempat makan dan bersih. Terus terang saya benar-benar buta tentang pulau ini.Â
Sekarang yang menjadi masalah adalah mencari mobil untuk disewa. Kebanyakan menawarkan harga yang cukup tinggi. Untungnya teman yang tinggal di Belitung membantu saya mencarikan mobil dan dia berhasil mendapatkan mobil sewa untuk saya dengan harga yang relatif murah. Ok, semua siap dan berangkatlah saya ke Belitung.
Saat saya menghubungi teman saya sebelum 'boarding', dia mengatakan bahwa saya akan dijemput oleh temannya (pemilik mobil), namun saat saya tiba di bandara di Tanjung Pandan, ternyata justru teman saya yang menjemput saya. Hari masih pagi, dia kemudian membawa saya ke warung kopi Kong Djie di pusat kota. Karena saya tidak minum kopi, jadi saya hanya memesan teh. Untuk makanannya, hmmm ... terus terang saya tidak suka makanan yang ada di warung itu yang mirip jajan pasar kalau di Jawa.Â
Dari sana, saya dibawanya mengunjungi salah satu saudaranya. Rupanya dia ingin minta tolong saudaranya untuk mengantarkan kami ke air terjun yang ada di sana. Saudaranya yang sedang mengerjakan kebunnya dipaksa untuk berhenti bekerja dan disuruhnya mengantarkan kami. Kami pun kemudian menuju ke kawasan tempat air terjun itu berada. Menurut saudara teman saya, nama air terjun itu adalah Gurok Pakuk. Menurutnya belum banyak orang yang datang ke sana. Untuk menuju air terjun, kami harus berjalan cukup jauh dari tempat kami memarkir mobil.
Kami pun memasuki kawasan hutan dan udaranya sangat segar. Â Kami berjalan di antara pepohonan yang menjulang tinggi. Setelah berjalan beberapa saat, kami melihat ada sungai dengan ikan-ikannya, kami juga mendengar deburan air, berarti air terjun sudah semakin dekat. Namun tiba-tiba hujan turun. Kami pun harus berteduh. Setelah hujan reda, walaupun licin, kami meneruskan perjalanan menuju air terjun. Airnya jernih, namun air terjun ini biasa saja karena saya pernah melihat banyak air terjun yang lebih indah. Namun, tetap saja saya merasa senang karena bisa menemukan air terjun di Belitung.
Untuk naik ke daratan juga tidak mudah karena batunya licin, tapi akhirnya saya berhasil naik dan cepat-cepat ganti celana. Kamera segera saya keringkan. Kami kemudian menuju pusat kota. Di perjalanan, kamera saya tiba-tiba menyala. Waduh ... benar-benar rusak. 'Shutter' tidak bisa saya tekan, 'flash' tiba-tiba menyala. Panik juga karena sekarang saya hanya bisa mengandalkan ponsel saya untuk mengambil foto.Â
Dalam perjalanan pulang, kami sempat mampir ke Pelabuhan Sadai. Di sini, kamera berfungsi kembali tapi harus secara manual. Kegiatan foto-foto pun berlanjut.Setelah agak gelap, saya pun diantar ke hotel. Awalnya teman saya ingin mengajak saya 'ngopi' tapi saya ingin istirahat saja. Akhirnya kami berjanji untuk melanjutkan perjalanan keesokan harinya ke beberapa pulau yang ada di sana.