Mohon tunggu...
G Tersiandini
G Tersiandini Mohon Tunggu... Lainnya - Mantan guru di sekolah internasional

Mantan guru, penikmat kuliner dan senang bepergian.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menikmati Keindahan Alam Garut

19 Juli 2014   16:24 Diperbarui: 18 Juni 2015   05:53 520
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mendengar kata Garut, tidak jarang yang muncul di benak kita adalah dodol, makanan khas dari daerah ini. Selain itu Garut juga terkenal dengan permandian air panasnya, gunung Guntur, Papandayan, Cikuray dan banyak lagi. Garut memang menawarkan keindahan alam yang sangat memesona.

Suatu hari beberapa tahun yang lalu, bersama-sama dengan beberapa teman, penulis pergi ke Garut untuk menengok seorang teman yang sedang bertugas di sebuah arboterum di kawasan Kamojang.

Kami berangkat dari Bandung pada pagi hari agar tidak terkena macet saat melewati kawasan pabrik di daerah Rancaekek. Saat keluar dari Bandung dan menuju kawasan Nagrek, di hadapan kami terlihat gunung Guntur yang berdiri dengan megah. Sebelum sampai Garut, kami menyempatkan diri untuk membelokkan kendaraan ke arah Kampung Pulo di kecamatan Leles untuk mengunjungi candi Cangkuang. Karena masih pagi, tempat wisata ini masih sepi, jadi kami bisa menikmati keindahan alam sekitar dengan santai dan tenang.

Untuk menuju candi Cangkuang, kami harus menyeberangi sebuah danau atau situ dengan menyewa rakit yang akan membawa kami menyeberang. Di hadapan kami terlihat hijaunya pepohonan dan di sebelah kanan dan kiri, kita dapat melihat indahnya gunung-gunung yang menjulang tinggi. Dalam perjalanan tersebut kami juga melihat beberapa nelayan sedang mencari ikan. Mereka menebarkan jala mereka kemudian menariknya kembali setelah beberapa saat. Beberapa kali mereka melakukannya dan nampaknya belum ada ikan yang tersangkut di jala mereka.

Tidak berapa lama, sampailah kami di kawasan Candi Cangkuang sebuah candi Hindu yang tidak besar namun nampak cukup terawat. Di bawah teduhnya pepohonan kami berjalan menuju Candi Cangkuang. Di sepanjang jalan menuju candi terdapat beberapa warung dan kedai cendera mata yang baru saja mulai menjajakan dagangan mereka.

Tak jauh dari Candi Cangkuang, terdapat sebuah desa adat yang bernama Kampung Pulo. Di desa ini hanya terdapat 6 bangunan saja dan sebuah masjid/surau. Jumlah bangunan tidak boleh ditambah atau dikurangi juga bentuknya tidak boleh diubah. Desa adat ini sangat tertata rapi dan bersih. Kami sempat berbincang-bincang dengan penduduk setempat yang bercerita tentang keberadaan desa adat ini dan berbagai aturan yang mereka ikuti.

Cukup lama kami menghabiskan waktu disana dan baru meninggalkan tempat itu setelah teman kami di Garut menanyakan keberadaan kami. Sebelum menyeberangi danau, kami sempat mendokumentasikan keindahan alam yang terlihat dari tepi danau di desa Pulo tersebut. Danau dipenuhi eceng gondok dan teratai yang sedang berbunga, sementara di latar belakang gunung Guntur berdiri tinggi menjulang.

Setelah menyeberangi danau, kami pun meneruskan perjalanan menuju arboterum di kawasan Kamojang. Di arboterum kami melihat aneka tumbuhan yang sedang dibiakkan. Dari arboretum tersebut kami dapat melihat gunung Guntur di latar belakang.

Awalnya dari arboterum tersebut kami berniat untuk pergi ke kawah Kamojang, namun jalan menuju tempat itu sangat jelek dan rusak, akhirnya teman kami yang sedang bertugas di Garut mengajak kami untuk pergi ke Darajat. Ternyata kami menuju kawasan Geothermal Chevron. Pemandangan di kiri kanan jalan sangat indah. Memang Garut sangat kaya dengan keindahan alamnya.

Walaupun kami tidak boleh memasuki kawasan Chevron, namun kami dapat melihat pipa pipa yang panjang yang menyemburkan uap panas. Menarik sekali. Selain itu di kawasan tersebut kami juga bisa melihat penduduk yang sedang memanen sayuran seperti kol dan wortel. Kami pun turun dari mobil dan berusaha untuk bercakap-cakap dengan penduduk setempat, bahkan dengan satpam yang menjaga kawasan Chevron tersebut. Rasanya seakan tidak sedang berada Indonesia. Suasananya sangat sepi, tenang dan bersih. Jalanannya pun sangat mulus.

Selain pipa-pipa besar kami juga bisa melihat gunung Cikuray, Papandayan dan Guntur dari kawasan tersebut. Sangat mengagumkan.

Karena hari sudah siang dan perut sudah keroncongan, kami pun makan di sebuah kantin yang diperuntukan bagi para pegawai Chevron. Makanan yang disediakan cukup bervariasi. Ada sup, ayam goreng, sayuran dan banyak lagi, rasanya pun cukup enak.

Setelah kenyang kami melanjutkan perjalanan ke gunung Papandayan. Siang itu pengunjung yang datang ke gunung tersebut tidak begitu banyak. Kami pun berjalan perlahan-lahan menuju kawah gunung itu, namun teman penulis yang sudah berumur lebih dari 60 tahun dengan cepat mendahului kami dan dengan cepat pula dapat mencapai kawah. Dia pun menghilang entah ke mana. Rupanya dia berjalan menyusuri tepian kawah. Setelah puas menghirup belerang dan menikmati keindahan kawah Papandayan dengan bebatuan yang berwarna kuning, kami pun turun ke areal parkir untuk menikmati jagung rebus.

Menjelang sore hari kami turun ke Garut dan dalam perjalanan turun, kami berhenti sejenak di sebuah rumah makan untuk sekedar menikmati keindahan alam sambil minum teh. Menjelang malam hari kami pun kembali ke Bandung. Kami pun membuat rencana untuk pergi ke Garut lagi namun ke tempat yang berbeda.

Menikmati Keindahan Alam Pekebunan Teh Gunung Cikuray, Curug Orok dan Batu Tumpuk di Garut.

Garut masih menawarkan pesona yang tidak dapat ditolak oleh penulis dan beberapa teman. Pada saat “long weekend” , bersama-sama dengan beberapa teman penulis kembali mengunjungi Garut untuk melhat keindahan alam di kaki Gunung Cikuray.

Kami berangkat dari Bandung pagi-pagi sekali agar saat sampai di Garut masih di bawah jam 9 pagi, sehingga kami bisa mengunjung beberapa tempat menarik di Garut. Sekitar 7:30 kami sudah sampai di Garut. Kami berhenti sebentar di rumah makan Dua Saudara untuk sarapan.

Selesai sarapan kami pun melanjutkan perjalanan menuju perkebunan teh Gunung Cikuray. Di sana kami sempat melihat-lihat perumahan penduduk di kawasan tersebut. Namun jalan berbatu di daerah tersebut sulit untuk dilalui kendaraan yang kami tumpangi jadi kami harus berjalan kaki melihat-lihat perumahan penduduk. Di situ alir jernih mengalir deras dan tentu saja rasanya dingin sekali, namun terasa segar saat menyentuh kulit.

Dari sana kami mengambil jalan lain yang membelah perkebunan teh yang membentang luas di kiri kanan kami. Jalan tersebut sangat kecil dan hanya bisa dilalui satu mobil atau truk saja. Saat sedang menikmati keindahan kebun teh, di depan kami ada sebuah truk yang sedang berhenti karena sedang menaikkan karung-karung teh untuk dibawa ke tempat pengolahan teh. Tentu saja mobil kami tidak dapat maju dan jalan satu-satunya adalah mundur dan harus mencari tempat kosong untuk memarkir mobil kami.

Setelah menemukan tempat untuk memarkir mobil, kami pun keluar dari mobil dan berjalan menuju truk yang sedang berhenti untuk melihat kegiatan yang dilakukan. Rupanya para pemetik teh sedang menyerahkan karung-karung teh yang sebelumnya ditimbang untuk dinaikkan ke atas truk.

Di perkebunan itu juga terlihat ada beberapa pemetik teh yang sedang melakukan pekerjaan mereka. Sementara di bagian yang lain nampak para perempuan pemetik teh yang duduk bergerombol sambila bercakap-cakap. Rupanaya mereka sedang beristirahat dan makan siang. Penulis mendatangi beberapa pemetik teh yang berada tidak jauh dengan penulis. Kami sempat bercakap-cakap dan bercanda. Mereka bahkan mengajak penulis untuk makan bersama mereka. Tentu saja dengan halus penulis tolak karena penulis tidak mau mengurangi jatah makan mereka.

Setelah puas menikmati pemandangan di sekitar perkebunan tersebut, kami pun memutuskan untuk melanjutkan perjalanan. Di dalam mobil kami bersepakat untuk pergi ke Curug Orok. Curug ini terletak di desa Cikadang, kecamatan Cikajang di kaki gunung Papandayan. Perjalanan menuju curug ini cukup jauh.Saat menemukan petunjuk dan gerbang Curug Orok, kami masih harus masuk ke dalam beberapa ratus meter sampai ke tempat parkir. Untuk masuk ke Curug Orok kita harus terlebih dahulu membeli tiket masuk. Dan untuk sampai ke Curug Orok, dari area parkir, kami harus berjalan kaki menuruni bukit melalui jalan setapak menuju curug tersebut.

Saat itu hujan sedang turun dan jalan setapak menuju curug cukup licin, walaupun sudah dibuatkan anak tangga. Karena sedang hujan, maka air yang mengalir dari air terjun tersebut berwarna cokelat, namun tidak menghilangkan keindahan curug tersebut karena di dekat curug itu mengalir pula beberapa air terjun kecil. Di bawah air terjun tersebut terdapat kolam yangsering digunakan oleh pengunjung untuk mandi atau sekedar berendam.Namun hari itu penulis tidak melihat ada pengunjung yang berendam di sana karena suhu pada waktu itu cukup dingin.

Setelah puas mengambil foto di Curug Orok, kami pun kembali naik ke area parkir untuk meneruskan perjalanan kami. Karena suhu yang dingin, perut ini cepat sekali merasa lapar. Kami pun memutuskan untuk pergi ke sebuah tempat yang disebut Batu Tumpuk. Tempat ini terletak di antara Cikajang ke arah Pamengpeuk. Di tempat ini terdapat warung-warung makan yang menghadap ke persawahan dan memiliki pemandangan yang Indah. Di depan warung-warung tersebut terdapat batu besar yang terlihat seperti bertumpuk.

Karena perut sudah sangat lapar kami pun menyantap makanan yang sudah kami pesan sambil menikmati pemandangan yang ada di depan mata. Rasanya lezat dan nikmat sekali makanan yang kami pesan. Setelah makan, kami pun memutuskan untuk kembali ke Bandung karena hari sudah mulai gelap.

Melalui obrolan-obrolan yang kami lakukan di dalam mobil, kami merencanakan untuk melakukan perjalanan-perjalanan singkat lagi ketika ada “long weekend” berikutnya.

[caption id="attachment_348553" align="aligncenter" width="354" caption="Candi Cangkuang"][/caption]

[caption id="attachment_348554" align="aligncenter" width="591" caption="Pemandangan dari Candi Cangkuang"]

1405734126516515789
1405734126516515789
[/caption]

[caption id="attachment_348556" align="aligncenter" width="591" caption="Rakit-rakit yang disewakan"]

1405734607695984264
1405734607695984264
[/caption]

[caption id="attachment_348557" align="aligncenter" width="591" caption="Menebar jala"]

14057347392136376969
14057347392136376969
[/caption]

[caption id="attachment_348560" align="aligncenter" width="354" caption="Rumah Adat"]

14057352641486118186
14057352641486118186
[/caption]

[caption id="attachment_348562" align="aligncenter" width="472" caption="Suasana di arboterum"]

1405735391892780462
1405735391892780462
[/caption]

[caption id="attachment_348563" align="aligncenter" width="472" caption="Pipa geothermal dan uap panas"]

14057355631967534602
14057355631967534602
[/caption]

[caption id="attachment_348565" align="aligncenter" width="591" caption="Pipa geothermal"]

1405735784648749790
1405735784648749790
[/caption]

[caption id="attachment_348568" align="aligncenter" width="591" caption="Gn Cikuray di latar belakang"]

14057359391291112481
14057359391291112481
[/caption]

[caption id="attachment_348569" align="aligncenter" width="591" caption="Gn Papandayan"]

1405736094950866943
1405736094950866943
[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun