Coba buka halaman koran atau majalah berskala nasional. Baca artikelnya, wuih. Renyah, lugas, enak dibaca, menginspirasi. Buat orang awam hal tersebut sering mengundang decak kagum. Adakah rahasia dibalik itu? Tentu saja ada. Yuk kita kupas satu per satu.
1. Para wartawan (profesional) ini sejak awal memilih satu topik yang tajam. Maksudnya, topik tersebut menukik pada satu hal spesifik. Bayangkan bila kita menulis tentang Parangtritis, sebuah pantai di selatan Kota Yogyakarta. Bila dibiarkan, topik tersebut bisa melebar kemana-mana. Keindahannya? Budayanya? Kulinernya? Bukit Pasirnya? Kehidupan Nelayannya? Dengan memagari topik sedari awal, misalnya Legenda Nyi Loro Kidul Masyarakat Parangtritis, kita bisa mengupas topik tersebut secara tajam. Untuk lebih gampangnya, ajukan pertanyaan Adakah Sosok Nyi Loro Kidul Masih Hidup di  Bernak Masyarakat Parangtritis? Lantas jawab pertanyaaan tersebut dengan bahan hasil wawancara, pengamatan, dan studi pustaka.
2. Tuliskan laporan secara mendalam dan lengkap. Mendalam artinya menjawab pertanyaan mengapa dan bagaimana. Bukan hanya siapa, kapan, dan dimana. Sokur-sokur kita bisa mengungkap informasi yang belum pernah dipublikasikan. Sekali lagi lewat wawancara dan pengamatan selalu ada prespektif baru dari sebuah informasi. Sementara lengkap, berarti sebuah informasi didapat dari 2 narasumber atau lebih. Itulah sebabnya dalam dunia jurnalistik dikenal dengan cover both side. Dua sumber yang saling punya pendapat berseberangan harus mendapat porsi yang sama. Pembaca berhak mendapat informasi yang seimbang dan tidak memihak.
3. Tulis laporan dengan gaya bercerita seperti pada teman atau melukiskan sesuatu memakai kalimat pendek dengan bahasa sehari-hari bukan bahasa pejabat. Usahakan alur penuturan lancar, logis, dan tidak menyisakan pertanyaan buat pembaca. Sebaiknya menggunakan kalimat aktif.
4. Buatlah judul yang menarik perhatian untuk merangsang pembaca menelisik seluruh isi tulisan.
5. Setelah judul, kalimat pembuka di awal (berupa paragraf atau teras atau lead) menjadi "senjata" berikutnya memikat pembaca. So, pikirkan betul-betul paragraf tersebut.
6. Akhirnya, tutup cerita dengan kalimat, kata yang mengesankan. Bisa ajakan, kesimpulan, atau sesuatu yang mengejutkan.
7. Tak kalah penting baca sekali, dua, atau tiga kali lagi tulisan tersebut. Tujuannya, mengeliminir kesalahan kata, kalimat, logika, atau dengan menambahkan informasi untuk menghidupkan tulisan.
Happy Writing!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H