Mohon tunggu...
gustav susanto
gustav susanto Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Saya memiliki minat tinggi dalam hal militer dan ekonomi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Polemik Laut China Selatan dan Ancaman Bagi Indonesia dari Segi Pertahanan dan Ekonomi

30 Mei 2024   17:51 Diperbarui: 30 Mei 2024   18:10 440
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
              Gambar 7 Penampakan YJ-62                          sumber: chinesemilitaryreview, 2013

Strategi dari RRC adalah untuk menetapkan militerisasi diseluruh Kepulauan Spratly. Pembangunan di Kepulauan Spratly mencakup pembangunan instalasi militer seperti pusat logistik, bandara militer, pertahanan termasuk SAM (surface to air missile). Berbagai foto-foto pembangunan instalasi militer ini dapat dikonfimasi melalui gambaran satelit yang didapatkan.

Gambar 4 Gambar pulau Fiery dan Hughessumber : CSIS AMTI, 2017 China Tracker | Asia Maritime Transparency Initiative (csis.org) 
Gambar 4 Gambar pulau Fiery dan Hughessumber : CSIS AMTI, 2017 China Tracker | Asia Maritime Transparency Initiative (csis.org) 
Berdasarkan gambar dibawah dapat dilihat bahwa berbagai pulau yang dibangun memiliki kapasitas basis militer, dengan kemampuan bandara serta pelabuhan dasar untuk keperluan transportasi logistik di berbagai pulau tersebut. Adanya hal ini memungkinkan angkatan laut RRC untuk dapat beroperasi di Kepualuan Spratly dengan jangka waktu yang lebih lama tanpa harus kembali ke daratan utama Tiongkok. 

Namun hal yang perlu diperhatikan kembali adalah panjang jalur bandara yang telah dibangun di kepulaun Fiery. Berdasarkan estimasi yang dilakukan di Google Maps menunjukan panjang landasan bandara tersebut adalah sekitar 3 km.  Berdasarkan kemampuan bandara ini memungkinkan kepulauan ini menjadi bandara militer terdepan, adanya bandara yang panjang ini memungkinkan transportasi dilakukan dengan pesawat kargo yang lebih berat.

Apabila kita melihat kepemilikan pesawat RRC dari segi transportasi, RRC memiliki berbagai jenis pesawat kargo seperti Xi'an Y-20 dan shaanxi Y-9 yang membutuhkan jarak take off setidaknya sepanjang 700 m -- 1,2 km sehingga penambahan panjang landasan ini dapat menjadi indikasi bahwa bandara ini akan dioperasikan untuk berbagai pesawat sehingga diperlukan tempat untuk parkir pesawat.

 Sehingga prospek agar terdapat pesawat lain selain pesawat kargo menjadi lebih besar hal tersebut bisa dari pesawat jet dan bahkan pesawat bombardir. Penggunaan lapangan udara ini untuk pendaratan pesawat bombardir lebih memungkinkan. Dikarenakan pesawat seperti Xi'an H-6 salah satu pesawat bombardir RRC memerlukan jarak lepas landas sepanjang 2,1 km (aerocorner, 2024). 

Sehingga apabila menggunakan asumsi tersebut maka dapat dibuat sebuah analisa jarak kemampuan pesawat dari RRC di sekeliling LCS. Dengan asumsi bahwa Xian H-6 mampu terbang dengan jarak 4.800 km (The National Interest, 2023). Dengan adanya kemampuan tersebut maka setidaknya jarak tempuh bomber strategis RRC tersebut dapat menjangkau berbagai negara seperti Filipina, Malaysia, dan bahkan Indonesia dengan target dapat mencapai Jakarta.

Gambar 5 Jarak Kemampuan bomber strategis RRC sumber: Analisa Penulis  
Gambar 5 Jarak Kemampuan bomber strategis RRC sumber: Analisa Penulis  

Hal ini makin diperparah dengan infrastruktur lainnya yang dibangun oleh RRC. Hal ini mencakup misil anti kapal, misil jarak menengah, dan bandara untuk jet tempur. Apabila dilihat kembali maka RRC ketika terjadi suatu konflik akan berusaha untuk mendapatkan supremasi udara dalam waktu singkat di sekitar laut LCS, hal tersebut dapat diraih dengan kemampuan angkatan udaranya yang berbasis di Kepulauan Woody dan kemungkinan di Kepulauan Fiery akan melindungi seluruh wilayah 9 dash line atau wilayah yang diklaim RRC di LCS. Dengan asumsi perlindungan tersebut akan diakomodasi dengan pesawat jet Shenyang J-11 dan J-16 dua pesawat yang menjadi mayoritas di persenjataan angkatan udara RRC dengan kemampuan jarak mencapai 3.000 km. Sehingga kemampuan dari pesawat RRC apabila digabungkan akan menjadi seperti berikut.

Gambar 6 Jarak penerbangan pesawat bomber strategis dan jet RRCsumber : analisa penulis dan (AMTI, 2024) 
Gambar 6 Jarak penerbangan pesawat bomber strategis dan jet RRCsumber : analisa penulis dan (AMTI, 2024) 

Berdasarkan analisa independen penulis dapat dilihat juga bahwa perkiraan jarak penerbangan pesawat RRC tidak jauh berbeda dengan hasil riset yang dikeluarkan oleh Asia Maritime Transparency Initiative. Hal ini menunjukan bahwa RRC dengan kemampuan militer yang dimiliki akan dengan mudah memiliki supremasi udara terutama dengan jumlah jet tempur multirole yang dimilikinya seperti J-16 dan J-11. 

Hal inilah yang menyebabkan RRC berani melakukan tindakan agresif di perairan internasional serta di perairan negara lain dikarenakan tidak adanya oposisi yang kuat untuk menentang kemampuan RRC di LCS baik dari segi angkatan laut maupun udara. Hal ini juga diperkuat dengan tekanan politik yang diberikan oleh RRC dengan menempatkan "ancaman" melalui kemampuan bomber strategisnya serta kemampuan misil lainnya, yang dapat menyerang berbagai infrastruktur penting dan ibukota negara lain dalam waktu singkat.

  • Strategi Konfrontasi dengan Negara Tetangga di LCS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun