Perjalanan ini sangat terasa maknanya,
apa saja yang terjadi di setiap ceritanya,
yang tak hanya kudengar tetapi kusaksikan,
di setiap jengkal tanah yang kulalui perlahan.
Meniti usia di waktu selama kelahiranku,
semua peristiwanya menambah pengalaman,
segala benturan membuat pembelajaran,
menjadikanku lebih dari saat lalu.
Bijak menata langkah dengan lepas,
meski tubuhku terguncang parah,
bahka terhempas keras,
batinku tetap tegar melangkah.
Kebenaran mulia terurai sempurna,
sebab duka dan lenyapnya kupahami,
jalan mulia terpatri di sanubari,
kehidupan ini menjadi saksi jiwa.
Di setiap bencana yang terjadi,
atau kesejahteraan yang kudapat,
rerumputan segar lalu mongering,
dunia tak akan menggoyah hatiku tepat.
Bumi terdiam, alam menatap semu,
kulepaskan seluruh akibat kemelekatan,
menuju perhatian kekosongan tujuanku,
yang kukembalikan pada pengertian.
**
Mojokerto, 20 Maret 2024
Penulis: Lily Setiawati Utomo, Kompasianer Mettasik
Penulis Puisi Dhamma
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H