Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 55 Tahun 2007 tentang pendidikan agama dan Keagamaan Pasal 44, ayat 2, diterangkan bahwa pembelajaran Sekolah Minggu Buddha bertujuan untuk menanamkan saddha atau keyakinan dan bakti kepada peserta didik dalam rangka meningkatkan keimanan umat Buddha secara berkesinambungan.
Selanjutnya pada pasal 44 ayat (4) juga dijelaskan Sekolah Minggu Buddha merupakan pelengkap atau bagian dari pendidikan pada satuan Pendidikan formal. Jika melihat peraturan pemerintah tersebut, maka Sekolah Minggu Buddha tidak hanya dijadikan sebagai pelengkap atau bagian dari pendidikan agama nonformal tetapi dapat dimanfaatkan sebagai sarana pendidikan agama layaknya pendidikan agama yang diberikan pada pendidikan formal disekolah.
Hal ini menunjukkan bahwa Sekolah Minggu Buddha diharapkan dapat menggantikan dan membantu peserta didik yang tidak memiliki guru agama Buddha di sekolah formal. Yang menjadi masalah saat ini adalah ketika proses pembelajarannya menggunakan kurikulum sekolah minggu buddha dengan metode pembelajaran yang masih digabung di satu kelas, belum terencana, belum dikelola dengan baik, tidak ada pengawasan dan belum adanya penilaiannya layaknya pendidikan di sekolah formal sehingga guru masih bingung bagaimana menerapkan kurikulum tersebut.
Kehadiran Sekolah Minggu Buddha dapat membantu dalam menfasilitasi siswa Sekolah Minggu Buddha yang tidak mendapatkan pendidikan agama Buddha di sekolah formal. Sebaliknya, bagi siswa yang tidak mendapatkan pendidikan formal maka Sekolah Minggu Buddha merupakan solusi terbaik untuk membantu siswa untuk mendapatkan nilai di pendidikan formal.
Selama ini siswa banyak yang hanya meminta nilai kepada pengurus vihara, guru sekolah minggu buddha bahkan ke kantor kementerian Agama menjadi tujuan terakhir untuk meminta nilai pendidikan agama Buddha. Apabila siswa kesulitan mendapatkan nilai maka banyak siswa yang beragama buddha memilih mengikuti pendidikan agama lain bahkan ada yang konversi kekeyakinan lain.
Kondisi ini perlu menjadi perhatian dan evaluasi bagi program pendidikan Sekolah Minggu Buddha saat ini. Bagaimana penerapan pendidikan sekolah minggu buddha agar lebih maksimal dan efektif lagi. bagaimana penerapan kurikulum Sekolah Minggu Buddha yang telah berjalan selama ini. Hal ini perlu dikaji secara lebih mendalam dan dicarikan solusi sekaligus jalan keluar masalah yang selama ini sudah menahun. Dari hasil pengamatan dan wawancara dengan guru sekolah minggu buddha yang ada di kab. nabire yaitu:
- Guru belum membuat rencana pelaksanaan pembelajaran secara tertulis dan terencana. guru hanya membuat p ersiapan mengajar terkait materi dan Jadwal yang akan disampaikan. Materi diperoleh dari kurikulum dan berbagai sumber yakni buku pelajaran agama Buddha atau materi juga diperoleh dari media digital dengan memanfaatkan internet. Sebagai contoh guru mencari materi dari youtube, buku pedoman agama buddha dan kitab suci agama Buddha.
- Sudah terbentuknya pengurus organisasi Sekolah Minggu Buddha. Hal dimaksudkan agar ada pihak yang dapat memutuskan dan mengawasi berjalanannya pelaksanaan kurikulum pada Sekolah Minggu Buddha. Perencanaan kurikulum merupakan salah satu tugas dan wewenang dari ketua, dan pengurus organisasi Sekolah Minggu Buddha. Â membuat jadwal pembelajaran, selain merencanakan kurikulum. Dalam pelaksanaannya Ketua Sekolah Minggu Buddha selalu berperan aktif. tersebab pelaksanaan pembelajaran yang tidak setiap hari dan terbatas waktu pertemuannya baik guru dan pengurus sekolah Minggu Buddha maka dibuat forum atau wadah untuk berkoordinasi yaitu berupa whatssap group. Adanya rapat rutin untuk berkoordinasi guru dan pengurus. sebagai sarana untuk saling berbagi informasi dan berkoordinasi guna untuk menemukan hambatan dalam pelaksanaan pembelajaran di sekolah Minggu Buddha.
- Dalam pelaksanaan kurikulum sepertinya pada sekolah formal, tahapan pembelajaran yaitu terdapat tiga kegiatan, yaitu pembukaan, inti dan penutup. Kegiatan pembukaan meliputi kegiatan awal yaitu membacakan paritta namaskara gatha, pancasila buddhis dan sampai buddhanusati. Kegiatan inti dengan mengulas sesuai jadwal dan materi yang ditentukan. Penutup dengan tanya jawab langsung, menjawab Quis dengan aplikasi Kahoot selanjutnya menutup dengan dana paramita dan nasmaskara gatha kembali.
- Dari hasil evaluasi pelaksanaan kurikulum Sekolah Minggu Buddha ditemukan kendala-kendala yaitu: a. kelas yang masih digabung. Hal ini tentunya akan menyulitkan guru dalam melakukan pembelajaran sebab pada Sekolah Minggu Buddha terdapat tingkatan atau jenjang sama halnya dengan sekolah formal. b. Selain itu kemampuan guru juga dirasa belum memadai. Kantor yang belum ada. Kantor juga dibutuhkan ketua dan guru untuk mempersiapkan administrasi dan rapat. d. Kepala sekolah sebagai pimpinan dalam Sekolah Minggu Buddha melakukan pengamatan dan pengawasan terhadap penerapan kurikulum.
Dari hasil temuan diatas, ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi atau review bagi semua pihak untuk dikaji kembali dan ada perubahan kurikulum sekolah minggu buddha yang lebih efektif lagi sehingga menyesuaikan dengan kondisi perkembangan teknologi dan siswa yang begitu cepat berubah saat ini. Untuk mengembangkan lembaga pendidikan non formal di Sekolah Minggu Buddha menjadi lebih tepat guna dan dirasakan seluruh Indonesia.
Perlunya adanya perubahan kurikulum SMB yang sudah tidak relevan lagi, menjadi kurikulum yang lebih fleksibel dapat digunakan disekolah minggu buddha maupun pendidikan formal, lebih menarik, dan mudah diterapkan oleh siapa saja, dimana saja dan kapan saja.
Semoga Semua Mahkluk Berbahagia
**