Teringat sebuah tembang lawas. Sekitar tahun tujuh puluhan yang dibawa oleh Tuti Soebardjo. Liriknya kurang lebih seperti ini;
Janjimu yang kunantikan, siang malam selalu.
Janjimu yang kunantikan, hingga aku kesepian.
Lirik sendu yang berimplikasi pada kepercayaan. Anutan seseorang kepada orang lain, maupun pada komunitas hingga Masyarakat luas.
Janji merupakan sebuah perikatan, sesuatu yang harus dipenuhi. Ada asa, harapan bagi seseorang, kelompok, Masyarakat dalam lingkup kecil maupun hingga tak terbatas.
Jadi, bisa dibayangkan jika ada janji yang tidak ditepati?
Tidak perlu dipikir terlalu jauh dulu. Coba mulai dari janji seseorang terhadap kekasihnya. Apa yang terjadi jika tak dipenuhi? Tentunya kekecewaan menjadi serba salah. Bahkan bila mau didramatisir lagi ia seperti sebuah pepatah; "Dimakan Ibu mati , tak dimakan ayah mati , menjadi dilema serba salah , yang membawa konsekuensi semua."
Dengan contoh sederhana itu saja, kitab isa melihat berapa besar dampak kekecewaan yang timbul. Apalagi jika meluas hingga kepada kelompok orang banyak hingga Masyarakat?
Dengan demikian, janji janganlah dianggap remeh. Sekecil apapun itu, sebaiknya ditepati. Tidak asal bunyi, omdo, apalagi sampai bergelar PHP (Pemberi Harapan Palsu).
Selain mengecewakan orang lain, juga memberikan dampak kurang baik bagi diri kita sendiri.
Dalam Buddhisme, ada Pancasila ke-4. Isinya adalah;