Dua puluh tahun lalu, saat film "Kera Sakti" sedang populer sekali di layar televisi Indonesia, saya ingat bahwa ada adegan Buddha Ru Lai (Tathagata) pernah merelakan dagingnya untuk dimakan oleh seekor elang yang kelaparan. Adegan itu menggambarkan bagaimana Buddha berwelas asih kepada semua makhluk dan rela mengorbankan dirinya sendiri demi kesejahteraan para makhluk. Kisah itu cukup berkesan meski saya tidak pernah menemukannya di dalam teks Kanon Buddhis.
Tetapi saya menemukan kisah yang mirip di dalam Relief Candi Borobudur, tepatnya di lantai 1 bagian langkan sebelah atas. Kisah ini berasal dari kitab Jatakamala, sebuah kitab yang ditulis oleh penyair bernama Aryasura, yang kemudian menjadi salah satu referensi dalam pemahatan relief Candi Borobudur.
Dikisahkan pada masa lampau, Bodhisattva terlahir sebagai seorang putra keluarga Brahmana yang terkenal. Pada saat ia lahir ke dunia, ia mendapatkan berbagai ritual pemberkahan.
Ketika Sang Bodhisattva beranjak remaja, ia berkesempatan belajar dari guru terkemuka. Berbakat, Sang Bodhisattva dengan cepat mempelajari berbagai pengetahuan dan keterampilan bagi seorang Brahmana.
Tetapi ketika sudah berusia dewasa, Bodhisattva memutuskan untuk tidak hidup berumah tangga dan menyunyikan diri di hutan, menjadi seorang pertapa. Di sana ia berlatih diri dan menerima murid, mengajarkan pemurnian panca indra, kesadaran penuh, dan pengembangan cinta kasih (maitri bhavana).
Pada suatu hari, ketika Bodhisattva sedang mengajar di sebuah gua yang berada di atas bukit, ia melihat ke bawah dan menemukan seekor harimau betina yang nampak kurus kering dan lemah. Harimau betina itu terlihat hampir mati kelaparan, dan juga terdapat anak-anaknya (anak-anak harimau) yang berusaha mendekati induknya. Karena kelaparan dan kelelahan, harimau betina itu terlihat hendak menyantap anak-anaknya sendiri.
Melihat pemandangan itu, Bodhisattva berseru:
Lihatlah, betapa tidak berartinya kehidupan ini!
Hewan ini berusaha untuk memakan anak-anaknya sendiri.
Rasa kelaparan telah membuatnya tidak mampu memahami cinta kasih.
Betapa kejamnya rasa mementingkan diri-sendiri yang buas,
hingga seorang ibu hendak memakan anak-anaknya sendiri!
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!