Berbicara soal berkah, pasti akan berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Coba saja kamu tanyakan pada beberapa orang pasti jawabannya akan berbeda.
Paritta Manggala Sutta telah memerinci berkah utama secara detail, dan itu kujadikan pedoman hidupku walauun belum keseluruhannya.
Berkah pertama dalam hidupku adalah aku dapat mengenal Buddha Dhamma, walaupun hanya seujung kuku. Tapi, aku bersyukur karena aku mempunyai pelindung, pegangan dalam menjalani kehidupan keseharianku yang penuh romantika.
Kedua, aku terlahir dari orang tua yang punya empati terhadap orang lain dan makhluk hidup, sehingga aku dapat mencontoh, menyerap prilaku orang tuaku dengan baik. Aku pun tumbuh menjadi orang yang peduli terhadap sesama dan lingkungan disekelilingku, Berbakti pada orang tua telah kulakukan walaupun tidak sempurna, menyokong sanak keluarga itu masih kulakukan sampai detik ini. Aku terlahir di tempat yang sesuai.
Ketiga, berdana. Setiap hari aku selalu mempunyai kesempatan menanam benih-benih karma baik di lahan yang subur, walaupun terkadang aku sering alpa juga berdana makan kepada Bhikkhu Sangha, tapi dari 365 hari dalam setahun, paling-paling absennya sekitar tujuh puluh lima hari saja, lumayankan pundi-pundi karma baikku terus bertambah setiap tahunnya. Aku sadar sesadarnya, hanya karma baiklah yang dapat kubawa saat pindah alam nanti.
Keempat, jalan hidupku dapat dikatakan mulus, berlumuran madu, dengan ketrampilan dan sedikit pengetahuan aku dapat mengatasi semua masalahku dengan mudah. Aku selalu dapat menemukan cara yang tepat untuk menyelesaikan semua problem hidupku.
Kelima, walaupun aku jutek abis, tapi aku mempunyai teman-teman yang baik, yang dapat kujadikan tempat curhat disaat aku galau, tapi kenyataannya lebih sering aku yang menjadi tempat mereka curhat. Ha ... ha ... ha .... Tidak mengapa, selama aku dapat memberikan solusi, membuat orang senang, mengapa tidak?
Keenam, walaupun aku punya segudang penyakit, yang sering membuat para medis kebinggungan, tetapi pikiranku tak pernah dihinggapi oleh ketakutan yang berlebih. Bagiku hidup di dunia ini hanya sekali, jadi harus dinikmati walaupun gula darahku sudah menyentuh angka lima ratus, tetapi aku belum berniat untuk berpantang, kecuali pantang menyerah. Makanya sakit kuobati, kalaupun harus mati, aku sudah puas menikmati hidup ini dan jasadku tinggal di kremasi. Kalau belum ketemu jalan untuk menjadi silent mentor. klar... gampangkan? Â
Ketujuh, dapat bergabung dengan orang-orang hebat di Mettasik, sungguh suatu berkah yang tak ternilai. Karena disini aku dapat membuat pengetahuan Dhamma-ku sedikit demi sedikit bertambah, di samping menyalurkan bakatku di bidang tulis menulis, terima kasih para mentor dan teman-teman semua.
Kekuranganku yang paling utama adalah MALAS, aku tahu ini bisa menghancurkanku, tapi tetap saja masih kupelihara dengan baik, wkkwkkwkkkwkkwkkkkkkkkkkk .... (jangan ditiru ya, cukup aku saja yang bersahabat dengan si malas)