Suatu pagi dalam ruangan kantor, teman saya berkata: "Awas lo sekarang ada CCTV di ruangan, nanti ketahuan sama bos."
CCTV (Close Circuit Television) atau bisa juga disebut kamera pengawas semakin banyak digunakan oleh berbagai kalangan. Mulai dari kantor pemerintahan, perusahaan swasta hingga di rumah-rumah perkotaan. Pada awalnya CCTV atau kamera pengawas ini belum bisa merekam kejadian yang sudah berlalu, tapi dengan kemajuan teknologi yang berkembang sangat cepat, CCTV atau kamera pengawas saat ini memiliki fungsi yang beraneka ragam.Â
Mulai dari perekaman, pengenalan wajah hingga mendeteksi suhu tubuh. Seiring berjalannya waktu, munculnya keberadaan CCTV ini juga memberikan banyak manfaat, antara lain: mencegah sementara seseorang berbuat kejahatan, memperbaiki kinerja pegawai, membantu pengawasan di tempat-tempat yang berbahaya, dan juga dapat menjadi alat bukti pelaku kejahatan.
Banyak peristiwa kriminal atau kejahatan dapat terbongkar karena adanya CCTV ini. Para calon pelaku kejahatan mungkin lebih takut bertemu dengan CCTV dibandingkan bertemu dengan petugas keamanan. Atau, bahkan CCTV lebih ditakuti dibandingkan dosa yang akan diterima oleh si pelaku kejahatan.
CCTV memang dapat membuat calon pelaku kejahatan berpikir dua kali, namun belum dapat mencegah timbulnya niat jahat dari dalam diri seseorang, karena niat jahat dapat muncul setiap saat.
Kembali pada obrolan saya dengan teman di awal tulisan ini, saya kemudian merenung, mengapa mesti takut dengan keberadaan CCTV di ruangan kerja.
Munculnya kejahatan tidak dapat dicegah oleh keberadaan CCTV, karena niat jahat akan selalu mencari celah agar terlaksana. Perbuatan jahat yang muncul dari dalam diri seseorang hanya dapat dicegah jika di dalam diri seseorang memiliki rasa malu berbuat kejahatan dan rasa takut akan akibat dari perbuatan jahat yang akan dilakukan.
Rasa malu dari perbuatan jahat bersumber dari dalam diri sendiri, sedangkan rasa takut akibat dari perbuatan jahat dipengaruhi hal-hal yang bersumber dari luar diri kita, seperti takut dihukum, takut ditangkap, takut dipenjara, takut masuk neraka. Setiap perbuatan jahat pasti akan berakibat penderitaan, karena merugikan diri sendiri juga orang lain.
Dalam Dhammapada syair 69, disebutkan:
"Selama buah dari suatu perbuatan jahat belum masak, maka orang bodoh akan menganggapnya manis seperti madu. Akan tetapi, apabila buah dari perbuatan jahat itu telah masak, maka ia akan merasakan pahitnya penderitaan."