Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menjadi Pelindung Bagi Diri Sendiri

31 Januari 2023   05:55 Diperbarui: 31 Januari 2023   05:52 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Melindungi diri sendiri adalah melindungi orang lain

---Sedakasutta SN 47.19

Dua mahasiswa diundang oleh pihak kampus untuk menjelaskan mengapa jawaban ujian mereka sama persis. Diwawancarai di ruang yang berbeda, masing-masing mengaku menjawab setiap soal sendiri, tidak pernah bekerja sama, dan terkejut karena tulisan mereka identik bahkan sampai ke titik koma dan typo. Apakah Anda percaya dengan pengakuan mereka? Saya juga tidak, pihak kampus juga tidak.

Sejak dulu mahasiswa diingatkan untuk bertanggung jawab terhadap studi mereka. Para dosen adalah pendidik dan fasilitator yang menjelaskan pedoman dan langkah-langkah untuk dilalui, memberikan masukan untuk membantu mereka untuk tumbuh, serta mengingatkan rambu-rambu untuk dipatuhi dan konsekuensinya bila dilanggar. Lulus tepat waktu atau di waktu yang tepat (di akhir masa studi) merupakan keputusan mereka sendiri. IPK 4.0 atau 2.7 ada di tangan mereka, termasuk mengerjakan ujian atau menyontek hasil karya orang lain. Mereka harus mampu mengandalkan diri sendiri.

Buddhis paham akan konsekuensi dari suatu perbuatan. Ketika ini ada, itu ada. Dari munculnya ini, muncullah itu. Ketika ini tidak ada, itu pun tidak ada.  Dari berhentinya ini, itu pun berhenti (Vera Sutta, AN 10.92). Untuk mendapatkan hasil terbaik yang diinginkan, usaha terbaik juga harus dilakukan. Bermimpi tanpa berusaha sama dengan menegakkan benang basah.  

Pangeran Siddhartha telah menunjukkan bagaimana niat mulia perlu dibarengi dengan upaya besar. Setelah melihat empat peristiwa, dia meninggalkan semua kenyamanan, kenikmatan, dan kesenangan untuk mencapai aspirasi mulia menolong membebaskan banyak makhluk dari samsara. Mengerti sebab akibat, seorang Buddhis mantap dalam mengandalkan kekuatannya untuk mencapai impiannya.

Mengandalkan diri sendiri untuk mencapai cita-cita tertinggi bukan berarti mengabaikan fakta bahwa segala sesuatu saling terkait. Itu adalah pemikiran tentang siapa yang sepenuhnya bertanggung jawab, bukan sombong bahwa 'sukses dapat saya raih dengan kekuatan diri sendiri'. Kesuksesan sangat membutuhkan orang lain. Di tangan sendiri, orang lain akan menjadi pendukung atau penjegal. Dengan tanggung jawab penuh, kita mengandalkan kemampuan kita sambil berkolaborasi secara adil dengan pihak lain. Kekuatan yang dimiliki akan berkontribusi signifikan saat bekerja sama untuk mencapai tujuan. Ibarat permainan bola volley, setiap pemain di lapangan harus punya kemampuan yang sama agar mereka dapat saling membantu dan mengandalkan untuk memenangkan permainan.

Kemampuan yang tinggi adalah modal utama mengandalkan diri sendiri. Bila tidak, itu hanya jadi omong kosong. 'Tong kosong nyaring bunyinya', bunyi pepatah bijak tua. Jangan sesumbar bila tidak punya kapasitas. Yakin bahwa pihak kampus tidak akan mengetahui bahwa karya tulis yang dikumpulkan merupakan hasil contekan adalah kepercayaan diri yang salah. Kemampuan dibangun dengan komitmen dan konsistensi untuk belajar dan tumbuh. Dan sekali lagi, diri sendiri adalah penentunya.

**

Jakarta, 31 Januari 2023
Penulis: Hendra Lim, Kompasianer Mettasik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun