Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dana - Paradox Keikhlasan

14 September 2022   05:00 Diperbarui: 14 September 2022   05:03 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Secara umum, di hampir semua keyakinan, dana itu dipahami sebagai memberi. Ini wajar karena secara harfiah/kongkrit baik jasmani atau rohani berdana itu dilakukan dengan memberi pada yang membutuhkan. Akibatnya banyak umat buddhis yang salah kaprah.

Dalam buddhis berdana itu bukan memberi. Berdana itu melepas.

Apa bedanya?

Kalau istilahnya memberi, secara awam fokusnya jadi pada yang diberi. Tujuannya jadi untuk kebaikan yang diberi. Sedangkan istilah melepas mengingatkan kita bahwa fokusnya ada pada yg memberi -- diri sendiri; karena hakekat tujuannya melatih diri mengurangi kemelekatan agar penderitaan berkurang.

Ini jadi penting menyaksikan fenomena di masyarakat dimana kebanyakan orang, alih-alih menggunakan agama untuk melatih dirinya sendiri, malah menghabiskan waktu menggunakan agama untuk menggembleng orang lain.

Sebetulnya kedua istilah itu tidak bertentangan selama yg melakukan ingat kriteria berdana yang baik. Karena melepas, kriterianya hanya satu -- ikhlas. Tidakkah mencintai itu juga harus tulus? Menolong itu juga harus tanpa pamrih? Jadi selama ikhlas, memberi atau melepas sama saja.

Pertanyaannya sekarang, bagaimana memastikan kita berdana dengan ikhlas?

Definisi ikhlas itu sederhana - tanpa pamrih. Tanpa mengharap apa-apa. Bukan hitung-hitungan untung atau rugi. Tidak ada takaran hasilnya kecil atau besar. Tapi silakan tanya pada diri masing-masing (saya yakin anda bisa dan mau jujur pada diri sendiri) kapan anda terakhir melakukan sesuatu tanpa tujuan, tanpa harapan? Tanpa pamrih?

Tidak terbayangkan. Karena kalau ditanya kenapa berdana? Selalu ada jawabannya. Selalu ada "timbal baliknya".

Mungkin karena itu, kalau niat berbuat baik atau berdana karena satu dan lain hal gagal, kita kesal. Dana makanan ke Bhante tidak dimakan oleh bhante yang dituju, kecewa. Berdana kalau tidak ketemu Bhante yang Mahathera, pulang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun