"Kehidupan masa lalu tidak selamanya baik, dan tidak selamanya buruk. Kita akan bisa memperbaiki kehidupan buruk pada masa sekarang ini, dengan cara mengambil hikmah dari kehidupan masa lalu. Jangan ada yang kita sesali saat ini, meskipun masa lalu kita buruk. Kini saatnya kita perbaiki, bukan direnungkan secara terus menerus. Kita bisa berdamai dengan masa lalu dengan cara:
Melihat orang tua kita seperti apa adanya, harus kita sadari bahwa orang tua kita adalah produk dari orang tua mereka sebelumnya hanya berbeda generasi.
Tidak ada orang tua yang sempurna, dengan demikian, kita harus bisa mengubah pola pikir kita dari perasaan benci menjadi keyakinan untuk memahami dan memaafkan diri sendiri."
Sebuah kebetulan yang membuat momen ini sangat penting bagi Adi. Setelah mendengar kata-kata dari Bhikkhu tersebut, Adi sadar bahwa dia tidak perlu terus menerus merenungi dan terikat pada masa lalunya.
Yang penting bagi dirinya adalah masa sekarang dan masa depannya.
Dia mulai berpikir dan menyusun rencana.
Adi akan mulai melamar pekerjaan sesuai dengan bidangnya. Ia lalu membayangkan masa depannya.
Jika diterima, Adi mulai bekerja dan menjalani hidupnya seperti biasa. Lingkar sosialnya meluas, Adi akan banyak berkenalan dengan orang lain.
Adi bahkan bisa bertemu dambaan hatinya di tempat kerja. Ia terlibat cinta lokasi (cinlok) dan menikah, berumah tangga, serta memiliki anak-anak.
Seiring waktu berjalan, Adi tidak bisa diam saja. Ia harus kerja semakin keras karena kebutuhan terus bertambah. Rumusnya biaya yang semakin besar harus dibarengi dengan pendapatan yang lebih besar.
Waktu terus berjalan, apabila Adi lupa untuk mengikuti perkembangan zaman dan tidak melakukan pengembangan diri, maka kembali dia akan terpuruk oleh keadaan.