"Oh ... eh ... ya ... selamat pagi ci", jawab mereka gelagapan dan tampak salah tingkah. Namun topeng keramahan menampakkan seringai senyum palsu dimuka mereka berdua.
"Masak apa ci?", tanya si baju merah nyinyir.
"Telur orak-arik ya? Kalau saya perhatikan si enci dananya telur terus, apa Bhantenya tidak bosan? kalau yang alergian bisa bisulan tuh kalau dikasih telur tiap hari", sambungnya lagi.
"Tul, nama kerennya scramble egg ci", sahutku dengan nada menggoda.
"Soal para Bhante bosan atau tidak, itu bukan urusan saya, yang penting saya sudah melaksanakan niat saya untuk berdana makanan kepada Sangha. Saya sudah berjuang mengalahkan rasa malas saya untuk bangun pagi, menyiapkannya, menyerahkan, dan melimpahkan jasa kepada para leluhur saya."
"Pada saat diserahkan, berarti saya sudah melepaskannya. Dan semua itu saya lakukan dengan penuh kebahagiaan di hati"
"Tapi apakah tidak risih melihat trolinya kosong melompong?" sergah si baju kuning.
"Kenapa harus merasa tidak enak? Bagi saya berdana bukanlah ajang untuk berlomba ...." Kata-kataku terputus oleh kehadiran Feli
"Ci ... elo masak apa? Telur orak-arik ya?" tanya temanku yang tiba-tiba menyerbu masuk dapur sambil terengah-engah.
"Tadi gue mau beli telur pindang, eh ... tapi sepertinya sayur lodehnya enak, jadi selain buat dana, gue juga beli buat elo, gue ingat loe pernah bilang suka sayur lodeh. Btw kita satu troli aja ya" sambung Feli nyerocos tanpa menyadari kehadiran si penggosip.
"Oh, thank you say, iya ... kita satu troli aja, elo kok ingat sayur kesukaan gue?"