Untuk apa aku lahir di dunia? Dalam benak kita umumnya berpendapat bahwa ini adalah pertanyaan yang sering dilontarkan oleh orang yang sedang putus asa karena terlalu banyak penderitaan dalam kehidupannya.
Apakah pertanyaan itu hanya untuk mereka?
Menurut saya, tidak. Untuk kita yang sudah terlahir di alam manusia dan menjadi salah satu penghuninya, pertanyaan tersebut harusnya juga dilontarkan ke diri kita sendiri. Apalagi saat momen ulang tahun kelahiran.
Mengapa demikian?
Dalam salah satu syair Dhammapada, Sang Buddha mengatakan sangat sulit untuk terlahir menjadi manusia. Karena sangat sulit itulah maka kesempatan baik kita yang sudah terlahir menjadi manusia harus dipergunakan sebaik-baiknya.
Kembali kepada pertanyaan di atas, saya mendapat jawaban yang berbeda dari orang-orang yang berbeda pula.
Menurut papa mama, aku lahir di dunia adalah sebagai bukti cinta kasih mereka dan diharapkan berguna untuk menyokong orang tua dan keluarga.
Menurut kakak, aku lahir di dunia untuk teman bermain dan disayangi, walaupun sering juga jadi tameng ketika disalahkan orang tua sebagai akibat kenakalan masa kecil, dan sasaran kejahilan.
Menurut para dokter, bidan, atau dukun, aku lahir di dunia adalah sebagai sumber penghasilan selain praktik ilmu yang dipelajari.
Dalam Riwayat Hidup Para Buddha, kelahiran sebagai manusia dari Bodhisatva adalah penyempurnaan Paramita dan pencapaian Pencerahan Sempurna menjadi Buddha, yang mengajarkan ajaranNya kepada semua mahluk.