Ada seekor monyet dengan selera makan yang aneh sekali. Setiap kali kepadanya disodorkan pisang segar, dia jarang mau menyantapnya. Tetapi bila disodorkan pisang mentah, atau pisang yang burik busuk, dengan senang hati dan bersemangat dilahapnya sampai tandas.
Si monyet menganggap pisang mentah atau pisang burik busuk sebagai makanan yang bermanfaat bagi tubuhnya. Padahal dalam kenyataan, pisang-pisang itu minim nutrisi, bahkan beracun, selain juga sangat buruk dalam citarasa.
Tapi karena si monyet memiliki pandangan salah yang menuntun pada selera makan yang aneh, baginya pisang mentah selezat es krim mahal dan pisang busuk memiliki aroma yang menenangkan laksana minyak aromatherapy yang menenangkan jiwa raga.
Siapa pun yang mencoba memberitahukannya bahwa pisang segar yang matangnya pas adalah pisang dengan kualitas nutrisi dan citarasa paling prima, makanan yang akan membuatnya kuat dan tumbuh besar hingga kelak akan menjadi King Kong perkasa penguasa semesta (Sumpah! Monyet juga berhak bercita-cita jadi King Kong dan hak itu sudah dilindungi oleh UUPM---Undang-Undang PerMonyetan), dia akan menertawakannya sampai terkekeh-kekeh. Wkwkwkwkwkwkwkwkwkwk....., begitulah bunyi kekehannya.
Tapi si monyet tidak benar-benar menyangkal tentang betapa bermanfaat pisang segar dan pas matang bagi badan dan batinnya, dia akui informasi itu bukan hoax. Namun demi menjaga ego yang masih melekat pada pandangan salah, dia harus tertawa menghina.
Dan meskipun dalam hati dia mengakui pisang segar dan pas matang adalah makanan terbaik, tetapi sulit sekali menjalankan diet hanya makan pisang segar dan pas matang setiap saat.
Si monyet tinggal tidak jauh dari kita. Dia bahkan punya sarang yang amat sangat dekat sekali dengan diri kita. Si monyet adalah batin kita yang belum terampil. Batin bodoh, batin dari makhluk-makhluk yang masih amat sangat goyah oleh bisikan lembut 4 pasang angin duniawi (suka-duka, untung-rugi, terkenal-tak terkenal, celaan-pujian), amat sangat mudah tertipu janji-janji surga kenikmatan duniawi, dan amat sangat mudah terbakar oleh api neraka kemarahan, serta yang delusinya amat sangat gelap pekat melebibi black hole.
Seperti si monyet, batin bodoh senang mengunyah-unyah momen basi masa lalu dan melahap momen mentah masa depan. Pada setiap detik waktu, batin kita amat sangat jarang sekali betah tahan menikmati momen kini. Sebaliknya, batin mudah terpancing mengingat-ingat kejadian-kejadian lampau atau merancang idaman masa depan.
Tapi, memangnya kenapa kalau batin senang berkeliaran ke masa lalu dan masa depan? Apa ruginya?
"Lu...gilaaa..hhh....," kata orang yang lidahnya cadel, yang terjemahan: Rugilaaahhh.