"Terimakasih Ma, untuk  warisan luar biasa bagi kami, putra-putri Mama, footprint yang tak akan pernah terhapus dalam jejak batin kami."
"Mari kita mendaras paritta Ma, seperti yang selalu kita lakukan setiap hari."
Dan kami mendaras paritta-paritta suci bersama-sama. Entah di menit yang mana, Mama pergi, melanjutkan perjalanannya. Raut wajahnya sangat damai,  senyum menghias di bibirnya.
"Selamat jalan Ma..."
Sambil merangkupkan kedua tangan di dada, kami beranjali lalu bernamaskara.
"Biarlah dengan Kekuatan keyakinan kepada Sang Tiratana dan kekuatan kebajikan yang telah kami lakukan, Mama tiba dengan selamat, dengan mudah, dengan nyaman pada kondisi yang Mama  inginkan, Nibbana.
Dan kalaupun harus singgah sementara, semoga tempat persinggahan itu memungkinkan Mama melanjutkan latihan spiritual yang biasa Mama lakukan selama ini."
"Izinkan kami putra-putrimu menunjukan bakti dengan selalu melimpahkan jasa kebajikan kami untuk Mama. Walaupun kami tahu Mama tidak membutuhkan itu.Â
Semoga Mama berbahagia melihat bagaimana kami mengikuti jejakmu, berjalan di jalan yang sama, jalan Dhamma yang telah dibabarkan dengan sempurna oleh Guru Junjungan kita, Buddha Gotama. Restui dan berkahi kami, putra-putrimu untuk membesarkan cucu-cucu Mama di jalan yang sama juga."
Selamat jalan Ma....
**