Alam Menari, Menatap Kepergian Sang Kekasih (gambar: society6.com, diolah pribadi)
Tetesan Hujan membasahi bumi
Gemeresik mengusik mimpi malam hari
Pagi muram berselimut sepi
Gerimis kecil melukiskan perihnya hati
Seolah tangisan Ibu Pertiwi yang tiada henti
Kuintip relung dalam nurani
Disana ada sepotong hati luka tersakiti
Menggelepar dalam perih nan hakiki
Seakan takkan ada lagi
hangatnya sinar mentari
Terkukung oleh ego yang terpatri
Indahnya pelangi tak ternikmati
Karena terlalu cepat pergi
Seharusnya dukkhapun dapat terlenyapi, terusir pergi
tidak disimpan bagikan mustika abadi terbawa mati
Senyapnya batin yang letih
Menata kehidupan tertatih
Detak jantungpun merintih
Menatap kosong kepergian sang kekasih
**
Jakarta, 13 Juni 2022
Penulis: Sumana Devi untuk Grup Penulis Mettasik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H