Sebelum liburan lebaran tiba, para analis dan ekonom masih optimis dengan indeks harga saham pasca liburan. Mereka memprediksi kondisi tetap bertahan di atas level 7.000.
Bukannya tanpa sebab, tren positif terlihat jelas. Pada tanggal 28 April 2022, berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup naik 0,4% ke tingkat 7.228. Ini adalah performa yang mengagumkan pada penutupan perdagangan di hari terakhir sebelum lebaran.
Prediksi yang optimis ini juga diperkuat oleh analisis lainnya. Disebutkan jika report perekonomian negara yang akan dirilis pasca lebaran menunjukkan hal yang positif. Â Produk Domestik Bruto (PDB) dan tingkat inflasi, diperkirakan tetap stabil.
Nyatanya memang demikian.
Pada tanggal 9 Mei 2022 pemerintah mengumumkan PDB Indonesia pada kuartal satu tahun 2022 mencapai ekspektasi yang diharapkan, yaitu sebesar 5,01 persen. Masih dalam rentang proyeksi Bank Indonesia untuk tahun 2022 sebesar 4,7%-5,5%.Â
Inflasi pada April 2022 naik sebesar 0,95%. Perbandingan bulanan ini memang lebih tinggi dibandingkan bulan Maret 2022 sebesar 0,66%. Tapi, masih bisa dimaklumi mengingat ada dua kegiatan besar di negara kita tecinta ini. Yakni, aktivitas puasa dan mudik lebaran.
Tapi, semua euforia yang diharapkan tidak terjadi. Hari pertama perdagangan saham yang dibuka setelah libur lebaran (9 Mei 2022), langsung merah membara. Hingga pada penutupan akhir, IHSG tercatat turun sebesar 4,42% alias 319,163 poin. Jebol di bawah level 7.000.
Tentunya hal ini cukup membuat para pelaku pasar kaget. Apakah yang terjadi? Padahal PDB Indonesia menunjukkan performa yang bagus, dan inflasi juga masih dalam kondisi terjaga.
Ternyata selama bursa Indonesia libur, pasar keuangan global cukup violatile. Hal tersebut disebabkan oleh keputusan bank sentral AS The Fed yang menaikkan suku bunga acuan sebesar 0,5%.
Perdagangan bursa AS juga sempat kebakaran. Ini baru salah satu keputusan yang telah memberikan efek besar. Jangan lagi berpikir untuk kejadian-kejadian besar lainnya. Rata-rata para pelaku pasar menginginkan situasi yang dapat diprediksi dan terkendali.