Pagi itu saya ke salah satu pasar terbesar di kota. Letaknya lumayan jauh dari rumah sehingga saya mengagendakan hanya sebulan sekali untuk kemari.
Apa saja yang harus dibeli, sudah saya catat rapi di selembar kertas. Pesanan Ibu, kakak dan adik, sudah lengkap. "Min, beliin roti goreng ya" pesan bapak sebelum saya berangkat tadi.
Tempat pertama yang saya tuju adalah penjual roti goreng. Roti goreng terkenal paling enak di sini, subuh buka, jam 7 sudah habis. Saya tidak berharap banyak karena tadi berangkat jam 8. "Ya pokoknya usahalah" kata saya dalam hati.
Eh, tokonya masih buka dan tersisa 3 roti goreng. Penjualnya berkata kalau saya beruntung masih kebagian, biasanya sudah ludes. Kata TV rejeki anak soleh.
Setelah berjalan seperempat jam, di tangan sudah ada beberapa kantong bawaan. Sampailah di toko yang menjual berbagai makanan ringan, saya memilih beberapa macam camilan, sambil menunggu si mas yang melayani sedang menimbang dan mengepak, saya menuju kasir meminta total yang harus dibayar.Â
Kebetulan di samping toko, ada seorang bapak yang juga pegawai toko tersebut, duduk di kursi memperhatikan para pembeli.
Selesai membayar, si mas siap menyerahkan barang-barang yang saya beli tadi dalam beberapa kantong. Tiba-tiba bapak tadi berdiri dan mengambil barang dari si mas lalu meminta kantong-kantong yang saya bawa di tangan, dengan segera dibungkuskan jadi satu dalam kresek yang lebih besar, "Biar lebih mudah bawanya" katanya sambil memberikannya padaku.
Saya sempat takjub, "Wah baik banget orang ini". Beliau begitu perhatian sekali dan mau peduli terhadap orang lain, bahkan orang yang sama sekali tidak dikenalnya.
Pulang dari pasar, saya ada janji dengan teman, sebut saja Yesi, di sebuah mall di tengah kota. Kami berencana membeli roti merk terkenal yang hari ini sedang ada acara diskonan.
Sudah kebayang harus tahan antri karena pada saat harga normal saja, antrian membayarnya mengular. Jadi kami sudah menyiapkan mental jika bakal berdiri berjam-jam.