Dalam beberapa pekan terakhir, banyak ibu-ibu Rumah Tangga mencari minyak goreng. Di beberapa toko swalayan dan warung-warung kecil, semuanya tidak tersedia.
Minyak goreng langka di pasaran. Boro-boro dengan harga 14.000 rupiah sesuai harga dari Pemerintah, dengan harga mahal pun tidak ada barangnya.
Banyak ibu rumah tangga yang mengomel karena susahnya cari minyak goreng sekarang ini. Jangankan di dunia nyata, bahkan di dunia maya pun kita pasti banyak mendengar omelan, umpatan, dan makian tentang kelangkaan minyak goreng.
Bagaimana dengan kita? Apakah kita ikut mengomel dengan kelangkaan minyak goreng ini? Apakah kita perlu memasukkan sampah ke dalam kulkas pikiran kita?
Baca juga: Kulkas Pikiran, Tempat yang Nyaman Menimbun Sampah
Jangan dong! Sayang kalau kita mengotori kulkas pikiran kita yang sudah mulai ditata dan diisi dengan baik...
Mengingat jargon yang pernah dipopulerkan Gus Dur, "Gitu aja koq repot!", saya ingin kita menyimak cerita ini:
Kelangkaan minyak goreng bukan hanya kali ini saja terjadi, tetapi sudah pernah terjadi di masa lalu. Saya ingat kejadian waktu tante mengeluh tentang kelangkaan minyak goreng menjelang malam Cap Go Meh. Waktu di mana warga Tionghoa membuat kue keranjang.
Karena langkanya minyak goreng saat itu, alhasil tante saya ini pusing tujuh keliling. Dia tidak bisa menyediakan kue keranjang goreng untuk suami dan keluarganya.
Si tante sudah keliling pasar tradisional dan pasar swalayan mencari minyak goreng, tapi tidak berhasil mendapatkannya.