Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Kisah Seorang Samurai dan Pedang Tumpulnya

2 Maret 2022   05:16 Diperbarui: 2 Maret 2022   05:34 1565
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Seorang Samurai dan Pedang Tumpulnya (diolah pribadi, gambar: idntimes.com)

Alkisah di Jepang ada sekelompok perampok yang kejam. Mereka selalu membunuh warga desa dalam setiap aksinya.

Suatu waktu sebuah desa diserang. Tepat pada saat panen tiba. Tidak ada yang lolos dari musibah mengenaskan itu, kecuali seorang anak yang baru beranjak remaja.

Sang anak beruntung. Pada saat kejadian nahas itu berlangsung, dia sedang pergi ke hutan untuk mengumpulkan kayu bakar.

Sekembalinya dia di desa, alangkah terkejutnya ia melihat semua kejadian tragis. Banyak mayat penduduk desa yang bertebaran. Segera dirinya berlari menuju rumah tua milik keluarganya.

Sang anak terpaku, ia menangis sangat keras. Ia menemukan kedua orangtuanya sudah tidak bernyawa lagi, mati dibunuh oleh para perampok.

Dia pun berteriak keras; "Saya akan membalas dendam atas kematian seluruh warga desa!"

Sang anak pun memutuskan untuk mencari seorang guru silat dan bertekad untuk menjadi samurai. Itu semua demi membalas dendam kematian orang tuanya.

Beberapa bulan kemudian, dia bertemu dengan seorang samurai yang hebat. Pedekar hebat tanpa tanding, mampu menebas banyak musuh dalam sekali sabetan.

Sang anak kemudian menjadi muridnya. Ia tekun berlatih dan menjadi mahir. Puluhan tahun kemudian, sang anak telah siap turun gunung. Ia telah resmi menjadi seorang samurai. Berbekal ilmu bela diri, dan juga mewarisi pedang samurai tajam dari gurunya.

Tibalah saatnya ia mencari pembunuh kedua orangtuanya. Berbekal usaha yang gigih, sang samurai berhasil menemukan mantan pemimpin perampok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun