Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Cawan Teh Sang Biksu

9 Februari 2022   04:50 Diperbarui: 9 Februari 2022   05:02 923
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cawan Teh Sang Biksu (jiangtea.com)

Alkisah seorang Biksu kepala vihara yang dihormati berkunjung ke Tiongkok. Ketika bersiap kembali ke tanah airnya, ia mendapat hadiah berupa seperangkat alat minum teh. 

Cawan yang dibuat dengan halus, berhiaskan ukiran dengan bentuk yang sangat indah. Sudah pasti harganya mahal.

Walaupun sang Biksu tidak biasa minum teh, ia tetap menerimanya untuk menghormati tuan rumah. Ketika dibuka, terlihatlah cawan-cawan teh yang indah berkilau, ada juga teko kecil diantaranya.

Setelah menerima hadiah tersebut, sang biksu lantas meminta pendampingnya untuk membawanya dengan hati-hati. Dengan sendirinya, sang biksu pun menjadi lebih mawas. Khwatir jika pendampingnya lalai dan menjatuhkannya.

Sekembalinya di Vihara, ia meminta pendampingnya untuk menyimpan ditempat yang aman, jauh dari jangkauan, sehingga tidak mudah pecah.

Ketika ada tamu kehormatan berkunjung, cawan teh digunakan untuk menghormati para tamu. Demikianlah cawan-cawan teh tersebut digunakan dengan hati-hati.

Setiap saat, sang biksu selalu mengingatkan untuk berhati-hati. Menjaganya tetap terawat dan yang terpenting tidak pecah.

Suatu kali ketika musim hujan, datanglah tamu terhormat berkunjung ke Vihara. Semua persiapan sudah dilakukan termasuk mengeluarkan cawan-cawan teh kesayangan.

Namun, sebuah insiden terjadi. Petugas yang membawa cawan teh terpeleset karena licinnya lantai. Teko beserta cawan-cawan teh pecah berkeping-keping.

Sang biksu terkejut mendengar suara orang terjatuh, ia segera menghampiri pintu. Kekhwatirannya menjadi kenyataan. Cawan-cawan teh yang ia jaga hancur berantakan, tercecer di lantai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun