Alkisah seorang Biksu kepala vihara yang dihormati berkunjung ke Tiongkok. Ketika bersiap kembali ke tanah airnya, ia mendapat hadiah berupa seperangkat alat minum teh.Â
Cawan yang dibuat dengan halus, berhiaskan ukiran dengan bentuk yang sangat indah. Sudah pasti harganya mahal.
Walaupun sang Biksu tidak biasa minum teh, ia tetap menerimanya untuk menghormati tuan rumah. Ketika dibuka, terlihatlah cawan-cawan teh yang indah berkilau, ada juga teko kecil diantaranya.
Setelah menerima hadiah tersebut, sang biksu lantas meminta pendampingnya untuk membawanya dengan hati-hati. Dengan sendirinya, sang biksu pun menjadi lebih mawas. Khwatir jika pendampingnya lalai dan menjatuhkannya.
Sekembalinya di Vihara, ia meminta pendampingnya untuk menyimpan ditempat yang aman, jauh dari jangkauan, sehingga tidak mudah pecah.
Ketika ada tamu kehormatan berkunjung, cawan teh digunakan untuk menghormati para tamu. Demikianlah cawan-cawan teh tersebut digunakan dengan hati-hati.
Setiap saat, sang biksu selalu mengingatkan untuk berhati-hati. Menjaganya tetap terawat dan yang terpenting tidak pecah.
Suatu kali ketika musim hujan, datanglah tamu terhormat berkunjung ke Vihara. Semua persiapan sudah dilakukan termasuk mengeluarkan cawan-cawan teh kesayangan.
Namun, sebuah insiden terjadi. Petugas yang membawa cawan teh terpeleset karena licinnya lantai. Teko beserta cawan-cawan teh pecah berkeping-keping.
Sang biksu terkejut mendengar suara orang terjatuh, ia segera menghampiri pintu. Kekhwatirannya menjadi kenyataan. Cawan-cawan teh yang ia jaga hancur berantakan, tercecer di lantai.