Saya belum benar-benar merasakan manfaatnya, hingga sebuah insiden tidak terduga yang saya alami.
Apa yang saya lalui dan rasakan benar-benar membuat saya terheran-heran; "Inikah diriku?" Atau lebih tepatnya, perasaan kagum atas respons yang saya berikan pada saat itu.
Perlu diketahui, saya sendiri termasuk orang yang eksplosif dan terkadang tidak bisa menahan emosi, terlebih jika saya merasa "benar".
Suatu hari saya secara tidak sengaja menyerempet mobil seorang rekan kerja. Namun, karena goresannya tidak terlalu parah menurutku, maka saya sampaikan pada sopirnya, "nanti kami urus."
Namun, disitulah saya baru sadar jika versi "kerusakan" menurut diriku, ternyata memang tidak sama dengan versinya. Sontak, pesan singkat pun datang bertubi-tubi ke gawaiku.
Isinya luar biasa mengerikan tidak pakai apa kabar. Bukan hanya satu, mungkin bisa puluhan bahkan ratusan. Belum termasuk bunyi dering telponnya hingga larut malam.
Membuat jantungku berdetak kencang, dan darah mengalir cepat.
Saya sengaja tidak mau meresponsnya mengingat diriku yang masih belum tenang. Khawatirnya hanya akan menimbulkan pertikaian tidak perlu yang akan berakhir dengan saling melempar cacian dan makian.
Saya merasa seolah hukum karma benar-benar hadir dalam bentuknya yang nyata pada saat itu. Saya merasa diuji, bagaimana seharusnya ajaran Dhamma yang telah saya pahami bisa membuktikannya.
Saya merasa tertantang, bagaimana pelatihan meditasi yang selama ini kujalani, bisa dipraktikkan. Sungguh, malam itu telah menjadi momen yang tidak terlupakan bagi diriku.
Sambil tetap tenang dengan mengingat konsep Anicca (impermanence), saya pun berhasil menenangkan diri. Ajaran Buddhis tentang apapun yang terjadi, baik atau buruk, itu adalah bagian dari hidup kita dan pada akhirnya akan dilewati.