Pagi ini, saya menerima sebuah pesan Whatsapp dari Bapak Khrisnamurthi. Isinya singkat; "Learn to Unlearn."
Sontak pesan singkat ini menimbulkan reaksi dari para member lainnya yang tergabung dalam Grup Whatssapp Forum Pembicara Publik.
Kelihatannya sederhana, namun cukup 'membangunkan' para member lainnya. Diskusi panjang pun bertebaran di sana. Setiap orang pun menyatakan teorinya masing-masing.
"Learn to Unlearn"Â dalam bahasa Indonesia adalah "Belajar untuk Tidak Belajar." Bagaimana mungkin? Bukankah manusia selalu hidup dari belajar?
Setiap saat kita belajar hal baru, mulai dari berbicara hingga membaca. Pun nasihat orang bijak mengatakan bahwa "tidak pernah ada kata terlalu tua untuk belajar."
Namun jika kita melihat dari perspektif yang berbeda, bisa saja kata bijak si abang Khrisnamurti ini ada benarnya, mengingat beliau adalah salah satu tokoh NLP Indonesia, dengan julukan "Mindset Motivator".
Nah, jika kita sudah berbicara mengenai Mindset, maka apa yang tidak mungkin bisa menjadi mungkin. Hanya dengan mengubah sedikit pola berpikir, maka dunia akan berubah.
Proses belajar berarti menambahkan informasi kepada otak kita. Informasi tersebut bisa saja yang betul-betul baru, atau sesuatu yang sudah kita pahami sebelumnya.
Begitu pula dengan jenis informasi, ada yang berupa pengetahuan umum, ada juga dalam bentuk berita, hingga opini yang mengajak otak untuk berselingkuh dengan apa yang sudah diyakini.
Apapun itu, setiap informasi yang masuk ke dalam otak kita, pasti akan menimbulkan efek yang disebut dengan persepsi. Nah persepsi ini kemudian menimbulkan berbagai jenis perasaan.