Dalam kehidupan setiap manusia, pasti akan mengalami atau mendapatkan kegagalan, masalah, persoalan, kesulitan, hambatan, tentangan, kendala, dan berbagai ketidakbaikan lainnya.Â
Banyak di antara mereka lalu menjadi jatuh, lemah, bahkan tidak sanggup bangkit kembali. Semangat atau motivasi yang tepat akan memainkan peran besar dalam mengembalikan mereka ke jalur yang tepat dalam melanjutkan kehidupan.
Di masa Buddha ke-4, Buddha Dipankara, ada seorang pertapa bernama Sumedha yang menyatakan tekad di hadapan Buddha untuk menjadi Buddha juga. Buddha Dipankara lalu memeriksa dan mengkonfirmasikan kapan pertapa tersebut akan menjadi Buddha dan siapa namanya sebagai seorang Buddha.
Lalu pertapa tersebut menjalani banyak sekali kehidupan, tidak hanya sebagai manusia tetapi ada juga sebagai binatang, untuk menyempurnakan 10 sifat luhur yang tertinggi kualitasnya (parami/paramita). Akhirnya dia terlahir sebagai pangeran Siddharta, lalu menjadi pertapa Gotama, dan kemudian menjadi Buddha ke-28, Buddha Gotama.
Sesuai ajaran Buddha, setiap makhluk adalah calon Buddha (bodhisatta). Setiap makhluk bisa menjadi Buddha asalkan memenuhi semua persyaratan yang dibutuhkan. Jadi Buddha bukanlah monopoli makhluk tertentu saja. Terbuka kesempatan yang sama bagi setiap makhluk untuk menjadi Buddha asalkan bersedia menjalani proses yang pasti sangat panjang dan tidak mudah.
Cerita berikut adalah contoh dan keteladanan dari bodhisatta berkaitan dengan semangat (viriya). Cerita ini dikutip dari salah satu cerita kehidupan bodhisatta (Jataka) yang berjudul "Mahajanaka-Jataka".
Suatu ketika sewaktu bodhisatta masih dalam kandungan, ibunya terpaksa mengungsi karena ayahnya yang menjadi raja Arihajanaka tewas dalam peperangan. Ibunya mengungsi ke sebuah kota yang berada jauh dari kota raja.
Bodhisatta kemudian lahir dan diberi nama Mahajanaka, sesuai dengan nama kakeknya. Meskipun ibunya menyembunyikan jati dirinya, akhirnya Mahajnaka mengetahui bahwa ia sebetulnya adalah seorang pangeran.
Sebelum Mahajanaka berusia enam belas tahun, ia telah mempelajari tiga veda dan semua ilmu pengetahuan. Pada saat ia berumur enam belas tahun, ia telah menjadi sangat rupawan. Mahajanaka sangat sayang dan berbakti kepada ibunya.
Suatu ketika Mahajanaka berpikir, "Aku akan merebut kerajaan yang menjadi milik ayahku." Lalu ia bertanya kepada ibunya, "Apakah Ibu punya uang yang tersedia? Jika tidak, saya akan berdagang dan menghasilkan uang dan merebut kerajaan ayah saya."