Ketika kita mendapatkan hadiah atau sesuatu yang menyenangkan, kita akan merasa bahagia. Tetapi ketika kita mendapatkan sesuatu musibah atau sesuatu yang tidak menyenangkan, kita cenderung menjadi sedih dan tidak bahagia.
Kita bisa merubah kesedihan itu menjadi kebahagiaan ketika kita merubah cara pandang kita terhadap musibah yang kita alami.
Dalam ajaran Agama Buddha, hasil karma yang berupa musibah itu sesungguhnya adalah merupakan buah dari perbuatan kita sebelumnya.
Oleh karena itu, ketika musibah itu datang kita harus memandangnya sebagai 'pelunasan hutang' karma kita.
Bukankah kita akan bahagia ketika kita bisa melunasi hutang, misalnya pelunasan kredit rumah ?
Dalam tatanan kehidupan masyarakat Indonesia pun kita sering mendengar tentang kata 'untung' ketika mengalami suatu musibah yang membuat kita tidak terlalu bersedih dari musibah yang dialami.
Misalkan untung cuma lecet, tidak sampai patah atau untung cuma pingsan, tidak sampai mati, dan masih banyak lagi kalimat lainnya.
Orang bijak mengatakan, "Kita adalah apa yang kita lihat di cermin"
Ketika kita ingin melihat orang tersenyum di dalam cermin, maka kita harus tersenyum di depan cermin. Begitu pula ketika kita ingin hidup bahagia, maka semuanya tergantung kita sendiri.
Cara kedua : Sesuaikan Keinginan dengan Kemampuan
Yang membuat kita tidak bahagia sesungguhnya adalah kenginan kita. Seringkali kita menginginkan sesuatu yang tidak sesuai dengan kemampuan kita. Akhirnya menyebabkan kekecewaan.