Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Konsep Tanpa Aku: Menyadari tentang "Apanya Kamu yang Disakiti?"

8 Januari 2022   19:59 Diperbarui: 8 Januari 2022   20:18 1149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saya menjawab sembari menunjuk ke arahnya, pada saat mengucapkan kata "AKU."

Sang mahasiswi tidak menjawab. Tapi, saya bisa merasakan adanya getaran. Semacam keraguan, yang pasti bukan ketakutan. Karena memang diriku tidak sedang memarahinya. Suaraku datar-datar saja.

Mungkin saja keraguan itu muncul antara rasa hormat kepada sang dosen, atau rasa segan untuk berkonflik. Atau, semoga saja ia menyadari Konsep "Tanpa Aku" yang kumaksud.

Sang mahasiswi memang perasa, tapi ia bukanlah wanita perkasa. Ia mengharapkan agar konflik tidak usah diperpanjang lagi. Cukup diriku yang tahu permasalahannya.

"Apa yang kamu rasakan, juga yang ia rasakan." Saya pun melanjutkan kuliah singkatku padanya.

"Pada dasarnya kalian berdua memiliki cara pandang yang sama. Sayangnya itu tidak utuh. Sehingga terciptalah tembok yang tinggi, sehingga AKU-mu dan AKU-nya tidak akan pernah menjadi 'KITA.'"

Sang mahasiswi masih terdiam, ketika diriku melanjutkan;

"'AKU' versi kamu dan 'AKU' versi dirinya itu bukanlah 'AKU' yang sama. Padahal, sama-sama AKU. Masalah ini akan mudah selesai, jika kamu bisa menempatkan dirimu di posisi dosen kamu, dan ia pun begitu." Pungkasku memberikannya pemahaman.

Sebelum ia sempat bertanya. Atau mungkin juga tidak akan bertanya, saya pun melanjutkan lagi.

"Seharusnya kita bisa melihat bahwa setiap manusia punya alasannya masing-masing untuk bertindak. Lihatlah sesuatu dari sisi komprehensif. Janganlah berpersepsi tanpa konfirmasi."

"Lihatlah kepentingan orang lain juga, serta menyadari bahwa ia pun bisa melihat dirimu atau maksudmu yang sebenarnya."

"Ke-AKU-an yang berlebihan tidak akan membuat kita menjadi manusia yang bertoleransi, jadinya mudah tersakiti, hingga akhirnya menimbulkan stres yang tidak perlu dijalani."

"Dengan demikian, jika memang kamu mencintai kedamaian, maka hilangkanlah AKU sejenak dari dalam dirimu."

Rasanya saya masih punya ribuan wejangan yang bisa kusampaikan tentang "Konsep Tanpa Aku" ini. Tapi, seharusnya si mahasiswi ini cukup cerdas untuk memahami maksudku.

Lagipula, senyum kebahagiaan telah terpancar dari wajahnya. Bagiku, cukup.

Semoga ke depan ia bisa mulai menerima konsep "Tanpa Aku." Dan yang terlebih penting bisa lebih berbahagia...

Demikian juga dengan kita yang membacanya. Jika kita bisa memahami konsep "Tanpa Aku," maka pada akhirnya kita akan kembali bertanya kepada diri kita sendiri,

"Apanya yg disakiti?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun