Ketika saya mengantar anak untuk berlatih seni beladiri, saya melihat sebuah tempat yang menyerupai sebuah gunung kecil. Namun, ia tidak memiliki pepohonan, udara pun tidak terasa sejuk.
Ternyata yang saya lihat adalah gunung sampah. Tempat pembuangan sampah akhir itu menyerupai gunung kecil yang gersang dan menimbulkan aroma yang tidak sedap.
Sampah merupakan persoalan yang sudah ada sejak dahulu hingga sekarang. Beberapa jenis sampah dapat terurai seiring proses alamiah, tetapi ada sampah yang tidak dapat terurai dengan cepat. Bahkan ada sampah plastik yang baru terurai setelah ratusan tahun.
Sampah yang saya lihat tersebut dapat menimbulkan penyakit jasmani jika kita tidak sering membersihkan dan tidak bisa mengelolanya.
Tetapi ada sampah yang dapat menimbulkan penyakit jasmani juga penyakit batin/mental, inilah sampah yang tidak kasat mata yaitu sampah yang berada didalam batin seseorang.
Sampah yang tidak kasat mata ini adalah Sampah Batin yang terdiri dari keserakahan, kebencian dan kebodohan (kegelapan batin). Sifat iri hati (susah melihat orang lain senang, senang melihat orang lain susah), kebencian, tamak, keserakahan,  dan kebodohan (kegelapan batin) karena tidak dapat membedakan mana yang baik mana yang buruk.
Sampah batin ini ada sejak seseorang dilahirkan sampai tutup usia, bahkan bisa terbawa lagi pada kehidupan selanjutnya.
Sampah batin ini begitu sulit terurai karena sifatnya yang tidak kasat mata. Sampah batin ini tidak dapat dibersihkan hanya dengan berbuat baik ke arah  luar. Sampah batin ini hanya bisa dibersihkan/dikikis dengan perbuatan baik ke arah dalam, ke dalam diri masing-masing melalui perenungan yang benar.Â
Perasaan atau gejolak batin hanya bisa dirasakan oleh seseorang yang mampu melihat ke dalam dirinya sendiri melalui praktik meditasi.
Dengan berlatih meditasi secara terus menerus kita dapat menghadapi segala sesuatu yang terjadi dengan sikap batin yang seimbang. Alias tidak menolak ketika rasa tidak senang muncul, dan tidak menggenggam (melekat) ketika rasa senang muncul.Â