Dihadang masalah, sebaiknya dihadapi atau dihindari? (entrepreneur.com)
(Sebuah perenungan di masa pandemi Covid 19)
Otak manusia memliliki mode fight (hadapi) atau flight (hindari) dalam kondisi tertentu. Keputusan untuk menghadapi atau menghindari seringkali didasari oleh bekal pengetahuan dan kemampuan untuk menilai masalah yang sedang dihadapi. Sehingga timbullah persepsi/penilaian terhadap masalah.
Jika dirasa masalah tersebut terlalu besar maka secara otomatis akan dihindari. Namun jika masalah tersebut dirasa mudah maka akan dihadapi.
Istilah problem (masalah) berasal dari bahasa Yunani, proballein. "Pro" artinya maju dan "ballein" artinya melempar, mengendarai. Jadi, masalah atau problem arti sesungguhnya adalah melempar atau mengendarai maju, bergerak maju. (Gunawan, 2013:3).
Bergerak maju berarti kita harus berani untuk menghadapi setiap masalah yang timbul. Berani bukan berarti selalu sukses dalam menghadapi masalah. Berani berarti kita mampu menerima apapun hasil dari belajar menghadapi setiap masalah.
Kalau hasilnya menyenangkan, catat rumusnya agar kita selalu ingat bagaimana cara menghadapi masalah yang sama. Kalau gagal, cari lagi cara lain untuk menyelesaikannya. Teliti lagi, baca buku lagi, tanya-tanya lagi sampai kita tahu cara yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut.
Ada sebuah ungkapan populer di masyarakat, "jika kita keras terhadap diri sendiri, maka kehidupan akan lunak kepada kita." Sebaliknya, "jika kita lunak kepada diri sendiri, maka kehidupan akan keras kepada kita".
Keras terhadap diri sendiri berarti tidak ada kata menyerah dalam berusaha. Lelah boleh, menyerah jangan. Habiskan jatah gagal kita sesegera mungkin, niscaya kita akan bisa melihat jalan kesuksesan.
Hendaknya masalah harus dianggap sebagai salah satu nutrisi agar kita menjadi lebih kuat. Layaknya sebuah nutrisi, masalah juga harus kita cerna dan kita manfaatkan untuk meningkatkan kekuatan mental kita.