Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Bebas, Bukan Budak Cinta Lagi

26 Desember 2021   06:28 Diperbarui: 30 Desember 2021   10:31 598
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bebas, Bukan Budak Cinta Lagi (hipwee.com)

Tulisan ini adalah tulisan terakhir dari 3 tulisan, untuk membantu memahami, silahkan membaca dua tulisan sebelumnya: Kebenaran, Kosong

Bucin demikian sebutan dari budak cinta, kalau dulu digunakan cinta itu buta, tapi ternyata kini kurang menggambarkan keadaannya. Budak cinta (bucin) lebih kuat menggambarkan keadaannya.

Ketika jatuh cinta, maka dunia serasa milik berdua. Tidak ada yang dapat menggambarkan bagaimana rasanya. Apapun yang ia lakukan hanyalah untuk si dia, tidak ada lainnya.

Bangun tidur ingat dia, mau mandi ingat dia, mau buang air besar ingat dia, mau makan ingat dia, pergi kerja / sekolah ingat dia. Pokoknya dunia ini isinya hanyalah dia.

Kalau cuma ingat dia, hanya terjadi di pikiran, tidak ada orang yang dapat melihat. Tetapi ketika ia yang jatuh cinta bertingkah laku demi pujaan hatinya, barulah dapat dilihat oleh orang.

Ketika ia mengubah gaya bajunya, karena si dia. Ia mengubah cara bicara, karena si dia. Walaupun keuangannya tidak memungkinkan, pinjam sama, pinjam sini atau mungkin sampai melakukan kriminal, ia menghamburkan uangnya karena si dia.

Ia menjadi budak cinta, bucin.

**

Jika suatu saat, cinta yang indah pudar, bahkan berubah menjadi menyakitkan, maka seketika ia mengubah perilakunya. Apa yang ia lakukan tidak lagi demi si dia.

Bahkan ketika ia mengingat-ingat apa yang ia lakukan dahulu, ada yang tidak masuk akal, bahkan memalukan, sekarang ia tinggal menanggung beban. Mungkin beban hutang, beban hukuman kalau ia melakukan kriminal, tapi paling tidak menanggung beban penyesalan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun