Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Menaklukkan Ketakutan di Vihara Hutan Thailand

5 Desember 2021   10:33 Diperbarui: 5 Desember 2021   10:57 948
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa tahun lalu, saya dan beberapa teman pergi ke Thailand untuk berlatih meditasi di Vihara Hutan Mettakittikun. Kami sampai di vihara menjelang matahari terbenam dan langsung diantar ke pondok meditasi (Kuti).

Tiap orang tinggal di kuti yang berbeda yang hanya diisi oleh satu orang saja. Saya juga tidak tahu kondisi kuti lain, bahkan berapa sebenarnya jarak antara satu pondok ke pondok lainnya. Lagi pula saat itu suasana sudah gelap dan jalanan berliku di antara pepohonan yang rimbun. 

Aturan yang dijalani memang sangat ketat. Tapi, seharusnya tidak berat karena memang niat kami untuk berlatih meditasi.

Di dalam kuti, terdapat kamar mandi yang bersih. Tidur beralaskan dipan sederhana. Sementara untuk makan, kami menerima dana dari umat.

Tidak ada listrik tersedia. Untuk penerangan, ada lilin dan korek yang disediakan. Hanya diperlukan untuk keperluan meditasi. Tidak boleh nyala selama tidur.

Untungnya saya membawa senter yang cukup terang dan berdaya tinggi. Siap-siap digunakan jika lilin sudah dimatikan.

Tugas pertama pun diberikan. Kami harus melakukan meditasi jalan minimal 1 jam. Kalau bisa 3 jam. Di luar kuti tersedia tempat untuk meditasi jalan. Ukurannya kira-kira empat kali satu meter. Beralaskan pasir halus, cukup nyaman untuk berjalan bolak-balik tanpa alas kaki.

Setalah mandi, tubuh terasa segar. Waktunya untuk bermeditasi jalan. Waktu menunjukkan pukul 7.30 malam. Suasana sekitar memang gelap, tapi untungnya cuaca cerah dan sinar bulan cukup terang.

Saya menyalakan empat lilin di setiap sudut tempat meditasi jalan. Masih kurang terang, tapi setidaknya masih ada jarak pandang dua meter.

Tiga puluh menit pertama bermeditasi jalan dilalui dengan stress. Rasa takut terus-menerus muncul oleh suara-suara yang terasa asing.

Suara binatang dan serangga yang berbeda dengan yang sering saya dengar di Indonesia. Suara daun-daun yang bergerak ditiup angin. Belum lagi ada bayangan-bayangan yang berkelebatan di antara pepohonan.

Rasanya ingin segera saya menyudahi meditasi jalan ini dan masuk ke dalam kuti mencari rasa aman. Tapi, saya tidak mau menyerah.

Tekad saya sudah kuat plus rasa bersalah jika ditanya oleh Luangpo, guru kami. Saya tidak mau mengecewakan beliau yang telah bersedia membimbing kami bermeditasi.

Akhirnya saya melanjutkan meditasi jalan sambil menggenggam senter. Begitu ada suara "kresek", saya langsung arahkan senter ke suara itu. Ternyata memang tidak ada apa-apa, hanya daun-daun kering.

Ketika ada bayangan yang berkelebat, saya arahkan senter lagi. Ternyata hanya bayangan pohon bergerak akibat pantulan cahaya lilin.

Malam itu benar-benar penuh dengan pergolakan batin. Senter digunakan laksana "senjata." Mengusir rasa takut, mengidentifikasi semua gerakan, dan mengenali semua suara yang ada di sekeliling.

Sampai akhirnya saya mulai "berkenalan" dengan setiap suara dan gerakan. Pada saat itu pun rasa takut mulai berkurang.

Malam itu di hutan Thailand, saya akhirnya memahami apa yang dimaksud dengan menaklukkan ketakutan dengan menghadapinya.

Apa yang bisa kita pelajari dari sini?

Pertama, rasa takut muncul ketika kita dihadapkan pada hal-hal yang tidak kita ketahui, hal-hal yang tidak kita mengerti.

Kedua, pikiran kita mudah dipenuhi oleh ilusi-ilusi seram, diiringi rasa takut yang mencekam. Orang Jawa sering menyebutnya "Nggambar buto". Alias menggambar raksasa di dalam batin yang pada akhirnya membuat diri sendiri ketakutan.

Ketiga, pada saat rasa takut timbul, kita cenderung menghindar. Melarikan diri sehingga kita tidak pernah tahu apa yang akan terjadi. Apakah ilusi-ilusi seram menjadi kenyataan atau hanya permainan batin?

Terakhir, cara ampuh untuk mengatasi ketakutan adalah menghadapinya, mengidentifikasi hal-hal yang tidak kita ketahui, dan berusaha untuk mengerti.

Marilah kita terus belajar dan berlatih karena pengetahuan, pengertian, apalagi kebijaksanaan itu bagaikan cahaya senter yang menyinari dan menerangi. Ia mampu mengusir segala ketakutan dan kegelapan batin.

**

Jakarta, 05 Desember 2021

Penulis: Inge Santoso untuk Grup Penulis Mettasik

dokumen pribadi
dokumen pribadi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun