Mohon tunggu...
Kompasianer METTASIK
Kompasianer METTASIK Mohon Tunggu... Lainnya - Menulis itu Asyik, Berbagi Kebahagiaan dengan Cara Unik

Metta, Karuna, Mudita, Upekkha

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Menjawab Pertanyaan Sahabat, "Mengapa Negara Buddhis Tidak Kaya?"

5 Desember 2021   05:23 Diperbarui: 5 Desember 2021   05:27 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menurutnya, ada sesuatu di dunia ini yang tidak bisa dikontrol oleh manusia. Di sanalah pentingnya agama bagi dirinya.

"Berdoa saja tidak cukup, harus dibarengi dengan aksi nyata, seperti berbagi," pungkasnya.

(Benar, cocok. Saya sependapat).

"Selanjutnya, tentu bersyukur. Rezeki tidak kemana-mana. Jika ia milikmu, maka itu hakmu. Bersyukur akan mendorong dirimu untuk terus melakukan hal yang benar." Oscar berujar.

(Benar, cocok. Saya sependapat).

"Kesimpulannya, saya sangat sependapat dengan seluruh pernyataanmu, Oscar. Apa yang kamu lakukan sekarang, itu akan menentukan masa depanmu. Apa yang kamu lakukan dulu, itu yang kamu petik sekarang," ungkapku.

"Betul, sebagaimana hukum tabur tuai. Semuanya berproses. Hasll itu setara dengan usaha. No doubt about it." Jawab Oscar puas.

Oscar adalah seorang intelektual. Ia paham dengan hukum tabur tuai. Ada juga beberapa nama lainnya; hukum sebab akibat, hukum aksi reaksi, hukum alam, dan lain sebagainya.

Dalam Buddhis, hukum seperti ini disebut sebagai Hukum Karma. Tidak perlu diyakini, ia akan berlaku bagi siapa saja. Apapun agamanya, rasnya, bahkan tinggi jabatannya.

Hanya saja yang membedakan, Buddhis meyakini jika ada kehidupan sebelum kehidupan. Begitu pula dengan kehidupan setelah kehidupan.

Jika dikembangkan lagi, ini (mungkin) bisa jadi jawaban terhadap mengapa ada yang terlahir miskin dan kaya. Potensi tersebut merupakan proses berkesinambungan dari kelahiran sebelum dan sesudahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun