Kita pasti tidak asing dengan saringan yang biasanya digunakan untuk melewatkan yang diinginkan dan menahan yang tidak diinginkan.
Dalam kehidupan sehari-hari kita pasti berinteraksi atau terpapar dengan berbagai macam manusia. Di antara mereka ada yang baik tetapi tidak sedikit yang tidak baik.
Sewaktu berinteraksi atau terpapar dengan orang lain, kita perlu memiliki "saringan diri" yang tepat. Saringan diri ini berfungsi untuk menyaring apa-apa yang boleh masuk ke dalam diri kita dan apa-apa yang boleh keluar dari dalam diri kita.
Jika saringan diri kita sudah tepat, kita pasti akan menjadi pribadi yang semakin baik dari waktu ke waktu. Sebaliknya, kalau saringan diri kita tidak tepat, kita dapat menjadi pribadi yang semakin buruk dari waktu ke waktu.
Memang sebaiknya kita lebih banyak berinteraksi atau terpapar dengan orang-orang baik. Tetapi kita pasti memahami bahwa kita tidak bisa memilih sepenuhnya hanya berinteraksi atau terpapar dengan orang-orang baik saja. Ada kalanya kita harus berinteraksi atau terpapar dengan orang-orang tidak baik.
Sewaktu kita berinteraksi atau terpapar dengan orang baik ataupun tidak baik, jika saringan diri kita terpasang dengan tepat maka apa-apa yang masuk dari luar ke dalam diri kita seharusnya adalah hal-hal yang baik. Saringan diri yang tepat juga hanya akan melewatkan hal-hal yang baik dari dalam ke luar diri kita.
Saringan diri yang tepat berupa pengetahuan dan kemampuan untuk membedakan antara baik dengan tidak baik. Saringan diri yang tepat juga berupa pengetahuan dan kemampuan untuk membedakan manusia "tinggi" (baik, bijaksana) dengan manusia "rendah" (tidak baik, tidak bijaksana).
Mengenai manusia "tinggi", Buddha mengatakan dalam Aguttara Nikya, Sutta Piaka, Tipitaka (kitab suci agama Buddha) sebagai berikut:
"Sekalipun ditanya, manusia 'tinggi' tidak mengungkapkan kesalahan-kesalahan orang lain, apalagi jika tidak ditanya. Tetapi jika ditanya dan dipancing dengan pertanyaan, dia membicarakan kesalahan-kesalahan orang lain dengan menghilangkan sebagian dan secara ragu-ragu, tidak lengkap dan tidak mendetil. Orang seperti ini harus dianggap manusia 'tinggi'.
Selanjutnya, sekalipun tidak ditanya, manusia 'tinggi' mengungkapkan apa yang pantas dipuji pada diri orang lain, apalagi jika ditanya. Tetapi jika ditanya dan harus menjawab, dia membicarakan apa yang pantas dipuji pada diri orang lain tanpa menghilangkan apapun, tanpa menahan apapun, secara lengkap dan mendetil. Orang seperti ini harus dianggap manusia 'tinggi'.
Selanjutnya, sekalipun tidak ditanya, manusia 'tinggi' mengungkapkan kesalahannya sendiri, apalagi jika ditanya. Tetapi jika ditanya dan harus menjawab, dia membicarakan kesalahan-kesalahannya sendiri tanpa menghilangkan apapun, tanpa menahan apapun, secara lengkap dan mendetil. Orang seperti ini harus dianggap manusia 'tinggi'.