Zakir Naik seorang apologet Muslim abad ini. Dia sangat fenomenal. Dia merubah dakwah tradisional menjadi pertunjukkan sirkus moderen yang heboh dan spektakuler.
Zakir Naik menguasai retorika.Dia seorang pengkhotbah yang hebat. Zakir mampu menyusun argumentasi terstruktur dan sederhana sehingga gampang dimengerti banyak orang.
Ceramahnya mendominasi gagasan, dia menjawab pertanyaan-pertanyaan secara sepihak, juga menyerang balik kritik dari berbagai pihak dan dari berbagai paham secara agresive.Orang-orang Muslim yang mendengar ceramahnya akan pulang kerumah dengan perasaan bangga.
Zakir Naik seorang triumvalis. Dia menempatkan agama Islam sebagai pemenang dialam semesta disatu pihak, dan melihat agama Islam sebagai agama yang teraniaya dilain pihak. Itulah tipikal apoleget, seorang pembela agama yang militan.
Zakir Naik juga memposisikan dirinya sebagai ulama dunia yang paling kompeten. Dia menempatkan diri sebagai seorang ahli tafsir dan pemimpin spiritual di Asia.
Sebenarnya apa yang dibuat oleh Zakir Naik, bukanlah hal yang baru. Dalam agama kristen terutama di USA, Evangelis-Evangelis keliling,berkhotbah dilapangan-lapangan terbuka atau gedung-gedung pertunjukan besar, lalu diliput televisi.Â
Sekarang ini malah lebih spektakuler lagi. Khotbah apolegetis, triumvalismus diatas panggung raksasa, diiringi dengan band profesional, didukung tata suara dan tata lampu yang sangat moderen, menjadikan suasana rohani menjadi suasana entertainment sekaligus. Orang-orang mendengar Firman sekaligus dihibur oleh pertunjukkan panggung. Mungkin sekali Zakir Naik terinspirasi dari para penginjil keliling di Amerika itu.
Mengapa Zakir Naik selalu menang, misalnya ketika berhadapan dengan pertanyaan dari agama kristen. karena Zakir selalu mengutib  referensi teologi kritik sejarah.
Dalam teologi kritik sejarah, semua claim absolut dan unik dalam sejarah dan tradisi kekristenan, dipertanyakan ulang, diragukan bahkan dibantah. Mengapa?.
Karena para teolog itu memandang alkitab  secara obyektive. Sesuatu yang obyektive bisa diverifikasi, bisa diuji kembali kebenarannya berdasarkan metode ilmu pengetahuan. Kebenaran alkitab ditemui melalui uji material, bukan berdasarkan iman.
Tapi buku-buku teologi yang mengupas alkitab dari sudut pandang kritik sejarah ada ribuan jumlahnya. Ini berarti karya-karya itu bukan karya final, dan bukan sebagai pengganti doktrin gereja. Buku-buku yang sangat kritis itu selalu terbuka untuk didiskusikan. Â Di Eropa, karya-karya yang sangat kritis terhadap gereja dan kekristenan, diterima secara terbuka, tapi bukan diterima sebagai kebenaran satu-satunya. Gereja di Eropa tidak alergi dengan pandangan ilmu pengetahuan yang skeptis terhadap doktrin gereja.