"Wah saya tidak tahu itu. Saya sibuk selama itu. Jadi jarang periksa nilai anak saya."
"Ibu kerja apa? Saya kerja sebagai ibu rumah tangga dan sebagai wanita karir. Saya masih sempat memeriksa PR anak saya. Saya juga harus tanya apa yang dia lakukan di sekolah. Saya tahu dia berantem di sekolah. Makanya saya tahu dan saya bertanggung jawab akan tindakan dia."
Mama Herlina tidak menjawab pertanyaan mama. Aku cuma berdiam dan tidak berkata apa-apa. Dalam hati aku tersenyum.Â
"Saya tanya sekali lagi. Ibu pekerjaan apa?"
Raut muka sang ibu Herlina terlihat sangat pucat. Sebab dia tidak bisa menjawab.Â
"Saya melihat tangan ibu. Ibu tidak melakukan pekerjaan ibu rumah tangga. Ini tangan seorang ibu rumah tangga. Tangan anda bukanlah seorang ibu rumah tangga. Anda tidak memikirkan anak anda. Anda harus tahu tentang anak anda. Apa yang dia lakukan di sekolah. Jangan hanya cantikkan diri anda sendiri."
"Mommy cukup." Papa menghentikan Mama.Â
Aku melihat mama cukup seram sekali. Kata-kata mama itu seperti pedang es yang sangat tajam dan dingin. Hingga mama Herlina tidak bisa berkata apa-apa.
------0-----
Kami berempat menemui pemimpin kerajaan, termasuk Lenix. Dia juga menjadi salah satu bagian dari kita juga. Di takta kerajaan ini semua berwarna putih dan beberapa ukiran dicat berwarna emas. Ruang megah ini ditopang oleh 10 tiang penyangga yang tinggi.Â
Setiap sudut ruangan ini memiliki ukiran yang sangat indah. Di tengah-tengah ruangan takta kerajaan terdapat 3 batu kristal yang melayang dan sebesar badan manusia. Ketiga batu itu mengeluarkan cahaya berwarna hijau dan berputar-putas pelan seperti gangsing.