Jagongan dalam istilah bahasa indonesia yang artinya mengobrol, adalah suatu kegiatan yang disukai oleh sebagian besar masyarakat. Dalam jagongan tersebut, dibahas beberapa hal yang dari hal kecil sampai hal yang serius. Dari hanya sekadar tertawa bahkan dari jagongan tersebut dapat menjadi awal dari pertengkaran. Begitu dahsyatnya dampak dari jagongan itu. Namun, dari jagongan itu pula, permasalahan dapat dipecahkan.
Maraknya gadget, memang disadari atau tidak mengurangi intensitas orang untuk jagingan face to face. Banyak masyarakat ketika waktu luangnya, meskipun sedang berkumpul dengan rekan-rekannya tetap saja memegang yang namanya gadget tersebut. Sehingga perbincangan sangat minim sekali.
Tetapi, beda dengan grup yang saya ikuti beberapa bulan ini. Saya ikut di grup whatsapp, dimana grup ini berisi 100 orang. Di grup ini, perbincangan terjadi di setiap menit. Bahkan hanya untuk seminggu tidak membuka WA tersebut, bisa mencapai chat 10.000 unread. Jika tidak langsung delete chat, pastinya ponsel yang dengan memory rendah akan langsung hang. Dan masih ada antrian di belakang yang ingin masuk, namun terkendala dengan limit jumlah anggotanya.
Memang, anggota grup tersebut adalah satu komunitas. Tetapi dari beberapa generasi melebur jadi satu. Dari angkatan kuliah 1979 hingga angkatan kuliah 2015. Melebur, berbincang silih berganti di setiap waktu. Dan lebih hebatnya, perbincangan itu dapat bergantian. Ketika para “tetua” sedang berbincang, yang muda menyimak dan sesekali ikut menimpali dan tertawa. Ketika yang muda sedang bertengkar atau berdebat, para tetua dengan bijaknya melerai atau bahkan ada yang mengkompori.
Perbincangan lintas generasi, lintas tempat, bahkan melintasi batas-batas pemikiran para anggotanya. Banyak sekali ilmu yang didapat dari para tetua. Dan juga banyak sekali update yang didapat oleh para tetua dari para yang muda. Saling mengisi dan memberikan solusi.
Tidak selamanya, gadgetholic adalah “autis” atau tidak peduli dengan sekitarnya. Hanya saja, harusnya dapat mengatur waktu, dan sadar tempat. Dimana dan kapan hal tersebut dilakukan. Dapat menambah ilmu, asalkan pandai dalam memilih grup perbincangan dimana yang hal tersebut dapat menambah pengetahuan dan Ilmu.
Melintasi ruang dan waktu, generasi tua dan muda. Dimanapun berada, dapat melakukan jagongan, canda dan tawa. Bagi saya, grup ini adalah dimana saya merasakan pulang ke rumah dengan berbagai macam karakter manusia berkumpul. Yap... VIVA MAHAFISIPPA.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H