Mohon tunggu...
Gamar Ariyanto
Gamar Ariyanto Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Kenangan Durian Ngebel

5 Juli 2015   11:52 Diperbarui: 5 Juli 2015   11:58 348
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pagi ini, aku mendapat WA dari teman-teman alumni SMP 1 Ponorogo. Sudah lama kelihatannya dia tidak ke Ngebel lagi. Mungkin setelah selesai belajar di Ponorogo, kemudian merantau untuk mencari penghidupan. Memang rata-rata demikianlah romantika kehidupan. Nah dalam komunikasi tadi kemudian dia tanya "apakah masih ada durian Ngebel?", "dulu terkenal rasanya gurih dengan daging tebal dan bijinya yang kecil. sehingga mengenyangkan".

Pertanyaan ini membangkitkan kenangan dulu saat teman-teman pengin main ke kaasan telaga ini, aku selalu menyediakan durian untuk suguhan mereka. menyenangkan sekali masa itu. Duriannya dulu juga menurut saya sangat enak. Saya selalu dicarikan durian yang enak-enak. Namun seiring dengan waktu, durian di Ngebel ini kemudian mulai dikenal lebih mahal dari yang dijual di daerah Dolopo. Kalau sedang perjalanan dari Madiun ke Ponorogo atau sebaliknya, maka pasti akan terlihat berderet-deret penjual durian di kawasan Dolopo ini. Berderet di pinggir jalan sehingga menarik pembeli. Yang menarik dari model penjualan disitu adalah bahwa penjual akan menukar buah yang dirasa tidak enak dengan buah yang baru, bahkan menurut kabar burung, penjual akan melayani dan terus mengganti buah yang dicicipi sampai si pembeli menyatakan buah yang dibeli terasa enak. Model penjualan ini benar-benar berhasil mengangkat kaasan Dolopo sebagai surga durian Ngebel. Karena model penjualan ini, nama dan pamor durian Ngebel di luar Ngebel juga semakin membubung tinggi. Durian Ngebel benar-benar menjadi merek dagang yang laris, namun kebalikan dari nama besar itu, proses jual beli di Ngebel malah mengalami keterpurukan. Bahkan sempat pula terbetik kabar agar jangan beli durian di Ngebel, karena selain lebih mahal, juga kalau tidak pinter memilih, akan rugi karena banyak durian yang tidak gurih, tidak manis, dan tidak tebal yang dicampur dalam dagangan. Jika salah memilih, maka pembeli akan mendapatkan durian yang buruk. lebih parah lagi durian yang terlanjur dibuka tadi tidak boleh ditukar, karena sudah dibeli. Berita ini memang ada benarnya, karena saya yang asli lahir di ngebelpun mengalami kesulitan untuk membeli durian ini. Padahal saudaraku juga penjual durian, itupun tidak jarang yang aku beli durian yang terasa dingin, biji tebal, tidak gurih dan tidak manis.

Kemudian secara tidak sengaja, awal pemilu untuk DPR beberapa tahun yang lalu, berita di berbagai media mempromosikan Durian Kanjeng. Durian ini menurut sejarahnya adalah durian yang biasanya dipesan oleh kantor Kabupaten Ponorogo untuk diberikan kepada Bupati. Biasanya ini untuk menjamu tamu-tamu Bupati Ponorogo. Ketika aku telusuri beritanya, memang durian ini termasuk sebagai durian lama. Pohonnya besar dan tua, serta memang menurut berita tersebut pohon ini sudah dipanen sejak kakeknya pemilik yang sekarang. Oleh pemiliknya yang sekarang kemudian dibudidayakan dan diperbanyak dengan stek batang, sehingga diharapkan dapat dikebunkan. Upaya yang dilakukan pemilik durian ini bahkan sempat di promosikan dengan menumpang nama besar Edy Baskoro Yudoyono yang saat itu memiliki daerah pemilihan Ponorogo. Dijanjikan bahwa durian ini akan dipromosikan menjadi durian unggulan, yang diharapkan mengangkat kembali pamor durian yang mulai runtuh. Saya sempat mendata dan mengliping berita ini, ada lebih 60 an pemberitaan. Namun sayang sekali ternyata berita-berita ini serta dukungan kebijakan tidak berhasil memunculkan durian ini menjadi durian unggulan di Ponorogo. Menariknya ketika ditanyakan kepada pemilik asli durian kanjeng ini, ternyata bibit-bibit durian kanjrng hasil stek batang ini lebih banyak dibeli oleh pembudidaya di luar jawa. Banyak dibeli oleh orang Kalimantan dan Sumatra. Di Kabupaten Ponorogo tidak ada yang membeli dalam jumlah partai besar. Orang Ponorogo paling hanya membeli 1 sampai paling banyak 10 batang.

Ini memang fenomena menarik. Tentu kalau memang mau memasarkan Ngebel menjadi daerah wisata, tentu tidak mungkin hanya menjual pemandangan alamnya. Harus ada unsur-unsur pendukung yang lain, misalnya termasuk adanya buah yang menarik dan unik, atau ada bangunan menarik, atau ada fasilitas bermain hingga fasilitas lainnya. Seperti biasa pula tentu sebagai lembaga yang berfungsi sebagai pengelola pembangunan, harus mulai mendukung upaya ini. Tanpa ada dukungan maka masyarakat tidak akan maksimal bergerak. Saya pikir memang orang Ngebel itu sendiri juga harus menjadi komponen pemasarnya. Mereka harus mempromosikan bagusnya durian ini. Mampu menceritakan detilnya, baik bentuknya, baunya, warnanya dan semua diskripsinya tentang durian kanjeng ini. Pemerintah mungkin akan menentukan ukuran-ukuran standarnya dan dengan demikian para pembeli atau penikmat benar-benar mendapatkan jaminan mendapatkan barang yang bagus untuk dinikmati. Dilain pihak, masyarakat yang memiliki lahan juga mulai melakukan penanaman. Mungkin perlu juga dikembangkan oleh Dinas Pertanian untuk meneliti agar pohon-pohon durian ini bisa berbuah sepanjang musim. Tanpa adanya kerjasama ini tentu tidak akan berhasil. Selama ini memang cenderung berjalan sendiri-sendiri.

Kita bisa melihat bagaimana kabupaten lain membanggakan produk unggulannya, misalnya di Kabupaten Subang dibangun patung nanas yang besar, karena memang daerah ini memiliki produk unggulan buah nanas, tidak hanya membuat patung, bahkan penelitian untuk pengembangan produk ini juga dilakukan di Subang. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan di LIPI Subang. Lain Subang lain pula di Kota Batu, Jawa Timur. Di kotamadya ini memang sejak jaman Belanda dikembangkan produksi tanaman Apel. Hingga sampai saat ini dikenal dengan Apel Batu. Untuk mengembangkan semangta budidaya ini, dibangun pula patung buah apel ini ditengah kota. Dan memang ini berhasil menginspirasi masyarakat untuk terus memproduksi apel. Pemerintah juga tidak kalah gesitnya untuk mendukung, sehingga berbagai rencana besar telah diusulkan dan dibahas didalam pemerintahan di Kota Batu. Bahkan untuk durian ini, kabupaten Kulon Progo sudah membangun patungnya yang cukup besar.

Nah gimana sekarang. Adakah gagasan atau mungkin langsung action untuk mengembangkan durian ini. Penginapan Griya Larasati sendiri yang hanya memiliki sedikit lahan, hanya mampu menanam 5 pohon, tentunya harapannya ada bergulir orang-orang lain yang juga ikut menanam dan menjadikan Ngebel Surga durian lagi. Semoga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun