Mohon tunggu...
Gritly Lampongajo
Gritly Lampongajo Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Mahasiswa

Menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kearifan Lokal Tanaman Daun Woka Adat Bolaang Mongondow

29 Oktober 2024   07:26 Diperbarui: 29 Oktober 2024   07:53 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di budaya Bolaang Mongondow, tanaman daun woka (Livistona rotundifolia) dianggap penting dalam kebudayaan tradisional setempat. Daun ini sering digunakan dalam upacara adat dan juga dalam kehidupan sehari-hari masyarakat. Daun woka memiliki banyak kegunaan, seperti untuk membuat tikar adat, wadah makanan, serta membungkus bahan makanan dalam upacara adat. Oleh karena itu, petani daun woka merawat pohon ini agar selalu siap digunakan dalam budaya mereka. Untuk menjaga kesuburan tanaman woka, masyarakat Bolaang Mongondow menggunakan pupuk organik. Perawatan ini dilakukan agar kualitas daun tetap bagus dan menghindari penggunaan pestisida kimia. Mereka juga menggunakan perputaran tanaman untuk menjaga kualitas tanah. Pohon woka biasanya tumbuh di lahan yang subur dengan air yang cukup, seperti di tepi sungai atau lahan basah. Lokasi ini dipilih supaya pohon dapat tumbuh dengan baik dan daunnya subur serta lebar.

Masyarakat adat Bolaang Mongondow menjalankan prinsip gotong royong dalam menanam dan merawat pohon woka. Ketika ada kegiatan besar seperti menanam atau panen daun woka, semua anggota komunitas ikut terlibat. Kegiatan ini membuat hubungan sosial dan ketergantungan antar warga semakin kuat, mereka bekerja bersama untuk menjaga keberlanjutan sumber daya alam mereka. Pengetahuan dalam menanam daun woka diajarkan dari satu generasi ke generasi berikutnya dalam keluarga. Dalam budaya tradisional, orang tua mengajari anak-anak tentang cara menanam, merawat, dan menggunakan daun woka. Proses ini melatih masyarakat Bolaang Mongondow untuk menghargai nilai budaya dan warisan nenek moyang. Daun woka sering digunakan dalam ekonomi untuk membuat berbagai kerajinan tangan seperti tikar, wadah makanan, dan pembungkus makanan dalam upacara adat. Kerajinan ini bisa dijual di pasar lokal untuk mendapatkan pendapatan tambahan bagi keluarga. Banyak ibu rumah tangga menggunakan kemampuan membuat kerajinan dari daun woka untuk membantu ekonomi keluarga. 

Hukum adat di Bolaang Mongondow mengatur penggunaan tanaman woka, termasuk kapan dan bagaimana cara panen daun woka. Larangan merusak pohon woka adalah cara untuk menjaga lingkungan dan telah diterima secara luas dalam masyarakat. Hukum adat ini bertujuan melindungi pohon woka agar tidak ditebang sembarangan dan agar habitatnya tetap lestari. Masyarakat adat juga merasa bertanggung jawab secara bersama-sama dalam menjaga keberadaan pohon woka untuk tujuan konservasi. Mereka menyadari bahwa keberlangsungan pohon ini sangat penting untuk memenuhi kebutuhan tradisional dan ekonomi jangka panjang, menjaga agar pohon woka tetap tumbuh subur merupakan bagian dari komitmen sosial yang diperkuat oleh masyarakat bolaang mongondow melalui kesepakatan dan hukum adat mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun