Mengasah keterampilan berbahasa secara terus menerus sangat penting untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi seseorang. Keterampilan berbahasa mencakup empat aspek, yaitu menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Keempat aspek tersebut saling berhubungan erat. Untuk mengasahnya, dibutuhkan latihan dan praktik secara rutin.
Misalnya, keterampilan menyimak bisa diasah dengan kegiatan rutin mendengarkan berita, pidato, atau khotbah. Kemampuan ini membantu kita memahami informasi lisan dengan baik. Keterampilan berbicara bisa ditingkatkan dengan sering berpresentasi, mengikuti debat, atau sekadar berdiskusi dengan orang lain. Keterampilan ini membuat kita menyampaikan ide secara lisan dengan fasih.
Sementara itu, kemampuan membaca dapat diasah dengan membaca buku, jurnal, atau artikel secara rutin. Ini melatih kita memahami dan menganalisis teks tertulis. Terakhir, keterampilan menulis bisa dilatih dengan menulis artikel, cerpen, puisi, laporan, dan sebagainya secara teratur. Ini melatih kemampuan menuangkan pikiran dalam bentuk tulisan.
Dengan mengasah keempat keterampilan berbahasa tersebut setiap hari, seseorang akan semakin terampil berkomunikasi baik lisan maupun tulisan. Keterampilan berbahasa yang baik akan membantu kehidupan sehari-hari.
 Model pembelajaran terpadu adalah pendekatan pembelajaran yang secara sengaja mengintegrasikan beberapa aspek baik dalam satu mata pelajaran maupun antar berbagai mata pelajaran. Tujuan utama model ini adalah untuk memberikan pengalaman belajar yang utuh dan bermakna bagi siswa.
Dalam penerapannya, model pembelajaran terpadu mengkaitkan berbagai konsep dari beberapa bidang studi yang berbeda dalam satu proses pembelajaran. Selain itu, model ini juga memadukan beragam keterampilan, sikap, dan pengetahuan yang ingin dicapai dalam satu kegiatan pembelajaran. Guru menyajikan materi pelajaran dari perspektif multi disiplin ilmu sehingga siswa dapat melihat keterkaitan antarkonsep.
Pembelajaran terpadu juga mengaitkan materi dengan situasi dunia nyata siswa agar pembelajaran menjadi lebih kontekstual dan relevan dengan kebutuhan siswa. Dengan demikian, model pembelajaran terpadu dapat memberikan pengalaman belajar yang lebih utuh, menyeluruh, dan bermakna bagi siswa.
Misalnya, guru dapat menggunakan tema "persiapan untuk kunjungan ke museum sejarah" untuk memadukan pelajaran bahasa Indonesia dengan sejarah dan geografi. Siswa dapat berlatih keterampilan menyimak dan berbicara melalui diskusi tentang sejarah dan lokasi museum yang akan dikunjungi. Mereka juga bisa berlatih membaca teks informasi tentang museum dan menulis laporan singkat tentang rencana kunjungan.
Dengan cara ini, pembelajaran bahasa Indonesia menjadi lebih kontekstual dan nyata. Siswa tidak sekadar teori tata bahasa, tapi menggunakan bahasa secara aktif dalam situasi yang relevan dengan kehidupan mereka. Guru juga bisa mengintegrasikan keterampilan lain seperti observasi dan wawancara selama kunjungan museum untuk memperkaya pengalaman belajar siswa.
Penerapan model pembelajaran terpadu yang mengaitkan bahasa dengan disiplin ilmu lain secara kreatif akan sangat efektif untuk mengasah keterampilan berbahasa siswa, baik lisan maupun tulisan. Siswa akan belajar bahasa melalui aktivitas holistik dan otentik, bukan sekadar teori semata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H