Mohon tunggu...
Gretty Silvia Manurung
Gretty Silvia Manurung Mohon Tunggu... Guru - Seorang berintegritas dengan sebuah tulisan

Menulis Sebagai Pelipur Lara

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Jawaban Doa

22 Agustus 2019   10:06 Diperbarui: 22 Agustus 2019   10:08 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Usia kini 20 tahun, tidak lupa itu
Saat silam aku mengenang ulang kisah Ayah
Usia yang masih terbiasa menelan ingus dan menyicipi tai hidung
Kisah pilu diawali dan diakhiri penyakit mematikan

Setiap hari pasti akan terdengar sumpah doaku
Doa yang dipanjatkan tuk kepulihan badan ayah
Mendengar isak tangis ayah, mendengar jeritan sakitnya
Saat aku hanya mampu menangis dalam batin

Usia kini 20 tahun, tidak lupa itu
Saat silam aku mengenang ulang kisah itu
Setiap malam pukul 00.00 WIB ku panjatkan doa
Aku menangis sejadi-jadinya sampai tak terdengar lagi suaraku

Terbayangkah kalian saat berbau kencur, aku mencari tau obat baginya?
Aku ingin dia kembali semula, aku ingin ia tidak menjerit lagi
Tuhan! Tuhan! Pulihkan ayahku! Aku sangat sayang dia
Tuhan tak kasihan padaku, Ia kasihan pada ayah

Usia kini 20 tahun, tidak lupa itu
Saat silam aku mengenang ulang kisah itu
Ya, kanker itu mematikan, namun Tuhan berkata lain
Jalan terbaik untuk tidak merasakan sakit

Segala doa yang kuderukan, Tuhan menjawabnya
Ayah sudah sembuh, namun aku tak dapat melihatnya
Ayah sudah sembuh, namun aku tak dapat memeluknya
Aku hanya mampu mendengar detak jantungnya dalam jiwaku

Usia kini 20 tahun, tidak lupa itu
Saat silam aku mengenang ulang kisah itu
Saat aku tak bisa lagi memeluknya, mendengar detak jantungnya
Aku pasrah dengan keputusan Tuhan

Ayah telah hidup kembali dan abadi di sana
Aku tak akan nangis lah karna tak akan melihat ayah menjerit
Aku tak tak akan berdoa lagi sampai suaraku diam
Aku hanya cukup berdoa, maka ayah akan berada di depanku

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun