Mohon tunggu...
Gresye Rumalarua
Gresye Rumalarua Mohon Tunggu... Penulis - Bachelor of Urban and Regional Planning | Graphic Design | Content Writer

I'm all about the details in my work and can handle projects solo or with a team.

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup

Pengetahuan Mengenai Fenomena Workaholic

18 November 2020   18:56 Diperbarui: 18 November 2020   20:26 500
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pernahkah terlintas di pikiran kamu, tentang baik atau buruk kah fenomena gila kerja? Gila kerja atau dengan istilah Workaholic merupakan kondisi seseorang yang dimana lebih 'mendewakan' pekerjaan daripada kehidupan pribadi lain yang dimilikinya. Kecanduan seseorang terhadap bekerja dan menganggap bahwa mereka lah satu-satunya yang bisa mengerjakan pekerjaan itu dengan benar. Workaholic menurut psikologi dapat diartikan sebagai sikap seseorang yang terobsesi terhadap pekerjaan sehingga mengalami kecanduan pada kekuasaan secara kompulsif untuk mendapatkan pengakuan. 

Ciri-ciri Workaholic dapat ditemukan pada orang yang: tidak suka berbagi pekerjaan dengan orang lain, bekerja yang tak kenal waktu, melalaikan aspek kehidupan lain yang ada di hidupnya, serta gelisah dan selalu merasa cemas ketika ada pekerjaan yang belum diselesaikannya. Hal-hal ini dapat disebabkan karena Ia ingin mengejar karier yang diimpikannya, Ia menjadi lebih percaya diri dan merasa bahwa dengan Workaholic Ia dapat dipuji, dihargai, dan dihormati. Persaingan di dunia kerja yang membuat Ia menjadi lebih bersemangat untuk menjadi sukses. Dengan Workaholic, dapat menjadi alat bagi seseorang untuk melarikan diri dari masalah yang dihadapinya. Ciri lainnya, saat Ia sedang mengerjakan suatu pekerjaan, tiba-tiba sudah kebayang dengan pekerjaan lainnya. Yang berakibat kehilangan fokus dan pada akhirnya pekerjaan menjadi tidak selesai dan menumpuk. 

Gila kerja alias Workaholic memang bisa berdampak buruk bagi kehidupan seseorang. Ini menyebabkan kurangnya menghabiskan waktu dengan orang-orang terdekat. Bahkan dapat juga membahayakan kesehatan, misalnya saja mudah menjadi stress karena seringkali mencampur urusan pekerjaan dengan urusan pribadi.

Namun, Workaholic berbeda dengan pekerja keras. Seseorang yang Workaholic cenderung bernafsu untuk menyelesaikan pekerjaannya bahkan tidak bisa mengalihkan pikiran ke arah lain meskipun sudah waktunya istirahat, sehingga mengorbankan kepentingan pribadi, keluarga, dan teman. Seseorang yang Workaholic juga akan merasa risih hingga memacu adrenalin nya saat menghadapi hal-hal yang tidak sesuai dengan keinginannya. 

Sedangkan seorang yang pekerja keras ingin berkontribusi secara maksimal dalam pekerjaannya, namun dapat mengontrol dirinya untuk tetap tenang dan mampu menyisihkan waktu untuk kehidupan sosialnya. Pekerja keras bisa mengistirahatkan pikiran sejenak dari pekerjaannya misalnya saat berkumpul bersama keluarga atau sedang berlibur. 

Terkadang manusia selalu ingin menjadi yang 'lebih' dari manusia lainnya. Akan tetapi, segala sesuatu yang berlebihan itu tidak baik adanya. Memang tidak ada salahnya menyukai pekerjaan, namun jangan sampai pekerjaan itu dapat membatasi diri kita dari keluarga bahkan mengorbankan waktu istirahat, kesehatan fisik dan mental pun diabaikan. Akan lebih produktif bila melepaskan sejenak beban pekerjaan. Jadi lakukanlah segala sesuatu dengan sewajarnya saja.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun